Senin, 23 September 2019

Upaya Tanoto Foundation dalam Meningkatkan Pemenuhan ASI Eksklusif di Indonesia

Setiap bayi berhak mendapatkan asupan air susu ibu (ASI) saja tanpa makanan dan minuman lainnya  sejak dilahirkan hingga berumur enam bulan. Inilah yang disebut ASI eksklusif. Di Indonesia, hak ini dilindungi Undang-undang Kesehatan no. 36 tahun 2009 pasal 128. ASI eksklusif sangat penting bagi tumbuh kembang dan kesehatan bayi yang optimal. Dalam periode awal kehidupan, bayi yang diberikan ASI memiliki tingkat harapan hidup enam kali lebih tinggi dibandingkan bayi yang tidak menerima asupan ASI.

Periode menyusui juga berkaitan erat dengan perkembangan kemampuan linguistik anak. Para ilmuwan merekomendasikan menyusui dilanjutkan sampai anak berulang tahun kedua untuk memaksimalkan manfaatnya bagi perkembangan linguistik dan kognitif anak. Manfaat ASI eksklusif yang begitu besar ini membuat Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/ WHO) menetapkan target cakupan ASI eksklusif setidaknya 50 persen pada tahun 2025.

Pemberian ASI eksklusif pun dinilai dapat membantu Indonesia memenuhi poin ketiga dari Sustainable Development Goals (SDGs) yakni memastikan kehidupan yang sehat dan mendukung kesejahteraan bagi semua, untuk semua usia. Sayangnya, cakupan ASI eksklusif Indonesia, menurut Demographic Health Survey tahun 2017, masih berada pada angka 37,2 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa pemberian ASI eksklusif adalah urusan yang lebih luas dari sekedar interaksi antara bayi dan Ibu menyusui.

Jika diabaikan, kondisi ini merupakan kerugian besar bagi negara dan bangsa. Terlebih lagi Indonesia masih dibayangi dengan tingginya prevalensi stunted pada anak berusia di bawah dua tahun (baduta) yang mengonfirmasi adanya tantangan kronis bagi 30,8 persen baduta Indonesia untuk mencapai tinggi badan seperti sebayanya; dengan resiko tidak ada perkembangan di bawah potensi optimalnya. Tiga tahun pertama di usia dini adalah periode dimana otak anak masih sangat ‘plastis’ dan mudah ‘dibentuk’. Mengoptimalkan 80 persen perkembangan otak di masa tersebut jauh lebih efektif dibanding upaya untuk menata ulang koneksi otak di masa remaja dan dewasa.

Inilah yang menjadi aspirasi Tanoto Foundation melalui program SIGAP (Siapkan Generasi Anak Berprestasi) untuk memastikan setiap anak Indonesia, sejak dalam kandungan hingga tiga tahun pertama hidupnya, menikmati tumbuh kembang yang optimal melalui pengasuhan yang berkualitas agar mereka siap belajar ketika memasuki jenjang pendidikan. Oleh karena itu, bagi Tanoto Foundation, dukungan untuk pemberian ASI eksklusif, ASI lanjutan, dan Makanan Pendamping ASI menjadi rangkaian yang tidak dapat dipisahkan dari upaya stimulasi pengasuhan yang terukur bagi bayi dan anak usia dini di Indonesia.

 

Menguatkan Peran Ayah

Rendahnya angka cakupan ASI eksklusif di Indonesia harusnya membuka pandangan kita bahwa urusan menyusui di Indonesia bukanlah perkara sederhana. Pasalnya, meski sudah banyak masyarakat yang memahami pentingnya pemberian ASI eksklusif selama enam bulan, belum banyak yang menyadari peliknya tantangan yang dihadapi ibu menyusui untuk konsisten memenuhi ASI eksklusif bagi bayinya.

Priya Shetty dalam laporannya mengenai tantangan pemenuhan ASI eksklusif di Indonesia mengungkapkan bahwa aspek paling fundamental adalah pengetahuan. Ketidaktahuan yang dipengaruhi oleh dorongan sosio-kultural, kondisi ekonomi dan pilihan personal, membuat banyak ibu memilih untuk memberikan susu formula, dibanding memberikan ASI kepada bayi mereka.

Dalam hal ini, tenaga medis memiliki andil besar sebagai sumber informasi bagi calon ibu atau ibu menyusui mengenai inisiasi menyusui dini (IMD). Tenaga medis memiliki kesempatan untuk memotivasi ibu agar memberikan ASI eksklusif, termasuk memberikan edukasi mengenai pentingnya ASI sebagai satu-satunya makanan yang paling baik bagi bayi yang baru lahir hingga berusia enam bulan.

Namun, penting untuk digarisbawahi bahwa ibu menyusui bukan satu-satunya pihak yang harus menerima edukasi mengenai manfaat ASI eksklusif. Ayah memiliki peran yang sama besarnya dalam menyukseskan ASI eksklusif selama enam bulan.

Beberapa studi dalam 10 tahun terakhir menunjukkan bahwa para ayah kurang memahami pentingnya menyusui, mereka bahkan cenderung lebih mengerti manfaat susu formula bagi bayi, sebagaimana yang mereka tangkap dari media massa.

Sebuah riset oleh Maycock di tahun 2013, menunjukkan bahwa 8 dari 10 ibu konsisten menyusui lebih dari enam minggu setelah melahirkan karena ayah bayinya mengikuti edukasi menyusui selama dua jam ketika para ibu masih dalam keadaan hamil (kelas prenatal). Kecenderungan konsistensi menyusui ini lebih tinggi dibandingkan kondisi ketika ayah baru mendapat edukasi setelah si anak lahir.

Studi lain di Ohio pada tahun 1994 oleh Littman, dkk bahkan menunjukkan bahwa komitmen dan dukungan kuat dari ayah bayi membuat 98,1 persen bayi disusui sang Ibu.

Menyusui adalah menjembatani pengasuhan yang hangat. Karenanya, kunci utama menyusui adalah perasaan tenang, rileks dan sabar. Suami sangat mampu menciptakan kondisi ideal tersebut untuk memudahkan proses menyusui bagi ibu.

Tidak hanya untuk mendukung menyusui eksklusif enam bulan, keterlibatan ayah sangat berpengaruh pada menyusui dan pemberian ASI lanjutan hingga seribu hari pertama dilalui anak dengan optimal.

Menyadari pentingnya hal ini, program SIGAP kerap bekerja sama dengan para pegiat dari komunitas Ayah ASI dalam diskusi terbuka yang dikemas dengan ringan agar mudah dicerna oleh peserta  yang mayoritas adalah para suami yang baru saja menjadi ayah.

Forum diskusi terbaru diselenggarakan pada 11 September 2019 bertajuk ‘InvestASI; kenali pabriknya yuk!’ yang mengajak para ayah untuk memahami secara bertahap mengenai proses fisik dan psikis yang dapat memengaruhi keberhasilan menyusui.

Melalui acara ini, Tanoto Foundation mengundang fasilitator dari AyahASI Indonesia untuk memberikan pemaparan mengenai hal-hal penting yang masih dianggap tabu namun sebenarnya sangat penting untuk diketahui ayah. Mulai dari perubahan bentuk payudara selama masa kehamilan hingga paska persalinan, manfaat penting dan cara merangsang payudara agar mengeluarkan ASI, hingga memahami bagian-bagian payudara, turut dibahas di hadapan para ayah.

Nilai utama yang disoroti adalah membantu para ayah yang sebenarnya ingin mengetahui lebih banyak dan ingin mendapat saran untuk belajar mengesampingkan mitos yang menganggap payudara dan ASI adalah hal yang tabu untuk dibicarakan, apalagi dipelajari. Tanoto Foundation akan mendukung agar lebih banyak Ayah Indonesia yang teredukasi tentang ilmu dan dukungan praktis bagi ibu dan bayi sebelum dan selama masa menyusui.

 

Penyediaan Ruang

 Tidak hanya dengan bermitra dan menggandeng komunitas-komunitas dalam menginisiasi kegiatan yang edukatif bagi masyarakat seputar pentingnya menyusui, Tanoto Foundation juga membawa dukungan terhadap ASI eksklusif di internal perusahaan.

Di bulan Januari 2019 ini, Tanoto Foundation meresmikan ruang laktasi yang nyaman bagi ibu bekerja yang perlu menjaga produksi ASInya dengan memompa secara teratur saat di kantor. Penyediaan sarana fisik di kantor yang disertai dengan dukungan psikologis dari lingkungan kerja dapat menjadi faktor positif yang meningkatkan kepercayaan diri ibu untuk konsisten menyusui. Tentu saja, penyediaan ruang menyusui yang layak di kantor, maupun di berbagai sarana publik, memudahkan proses ibu untuk menyusui atau memompa ASI.

Pemberian ASI eksklusif sebenarnya pun telah diatur oleh negara melalui ratifikasi Convention on the Rights of the Child atau Konvensi Hak Anak yang kemudian disahkan menjadi Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Di dalamnya tercantum kewajiban serta tanggung jawab negara dan pemerintah untuk memberikan dukungan sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan perlindungan anak, salah satunya ruang menyusui. Khusus untuk ibu menyusui yang kembali bekerja, negara pun turut menjamin adanya kesempatan untuk menyusui anak selama waktu bekerja yang diatur dalam UU No. 13/2003 pasal 83.

Dalam UU No. 36/2009 pasal 128 pun dengan jelas diatur bahwa pihak keluarga, pemerintah pusat dan daerah, serta publik wajib mendukung ibu menyusui secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus menyusui di tempat kerja dan sarana umum.

 

Dukungan Masyarakat

Bantuan praktis dari sekitar. Bila anggota keluarga dewasa lainnya, bisa berbagi pekerjaan rumah tangga sehingga ibu yang masih dalam masa pemulihan sejak melahirkan bisa cukup istirahat dan tidak tertekan. Bahkan tokoh masyarakat juga dapat turut membantu dengan memberikan pengakuan atas upaya orangtua menyusui eksklusif enam bulan untuk buah hatinya. Hal terpenting adalah mulai membangun narasi-narasi sosial yang menempatkan pemberian ASI eksklusif sebagai kebutuhan, bukan hanya sekedar pilihan.

Menyusui adalah fondasi penting untuk generasi masa depan yang sehat dan sejahtera. Lebih dari itu, menyusui sama pentingnya bagi keberlangsungan lingkungan hidup dan kesejahteraan dunia.

Menyusui menambahkan pendapatan ekonomi dunia hingga US$ 302 milyar per tahun.

Menyusui erat dengan perkembangan kognitif yang lebih baik sehingga mendorong pencapaian pendidikan, Menyusui juga bersahabat dengan lingkungan karena tidak memerlukan rantai produksi artifisial.

Menyusui juga menjembatani interaksi antara orangtua dan bayi dan ini menjadi modal untuk rasa aman, sosial emosional bayi, dan kesehatan jiwanya.  Mari bersama-sama kita dukung ibu menyusui!

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Comments