Senin, 29 Juni 2020

Stunting, Ancaman bagi Masa Depan Anak-anak Indonesia

Menurut Survei Status Gizi Balita Indonesia 2019 yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan RI, satu dari empat anak Indonesia di bawah usia lima tahun menderita stunting. Jika dibandingkan, jumlah tersebut setara dengan total penduduk Jakarta.

View this post on Instagram

T-Friends, satu dari empat anak Indonesia mengalami stunting yang berdampak pada perkembangan mental dan fisik mereka hingga dewasa. Anak-anak yang tumbuh dengan kondisi ini akan tertinggal dalam prestasi di sekolah. Dari segi kesehatan mereka juga memiliki sistem kekebalan yang lemah, dan lebih berisiko meninggal dini daripada anak-anak dengan kondisi normal.⁣ Bulan Juli ini merupakan #BulanPeduliStunting di Tanoto Foundation, kami akan membahas tuntas apa itu stunting.⁣ Untuk mengetahui lebih lanjut tentang stunting dan apa yang dapat kita lakukan untuk mencegahnya, klik link di bio kami yaa⁣ ⁣ #stuntingprevention #malnutrition #sadarstunting #cegahstunting #tumbuhkembanganak #perkembangananak #gizianak #kesehatanbayi #tipsbayi #tumbuhkembangbayi #ibubaru #bayisehat #infokesehatananak #infokesehatanbayi #anaksehatindonesia #ayocegahstunting #tipshamilsehat #stuntingpadaanak #cegahstuntingitupenting #cerdasparenting #giziibuhamil #janinsehat #nutrisiibuhamil #nutrisibayi #stuntingpadaanak ⁣

A post shared by Tanoto Foundation (@tanotoeducation) on

Stunting disebabkan oleh kurangnya nutrisi sejak bayi dalam kandungan dan masa awal setelah lahir sehingga mengakibatkan masalah kesehatan sepanjang hayat. Dampak stunting juga mengakibatkan penurunan IQ hingga risiko yang lebih besar terhadap diabetes dan kanker.

Stunting juga berdampak pada kerugian ekonomi yang besar, di mana Kementerian Kesehatan Indonesia memperkirakan bahwa prevalensi stunting merugikan negara 2-3% dari Produk Domestik Bruto, atau sekitar Rp260 – 390 triliun per tahun.

Berita baiknya, stunting bisa dicegah namun butuh banyak upaya yang harus dilakukan jika ingin mencapai target menurunkan angka stunting di Indonesia dari 27,7% pada 2019 menjadi di bawah 20% pada 2024.

Tanoto Foundation membahas stunting sebagai topik utama di bulan Juli untuk meningkatkan kesadaran akan kondisi ini, bagaimana mencegah, dan bagaimana penanganannya.

Apa itu stunting?

Pengertian stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak yang ditandai dengan tinggi badan anak di bawah rata-rata untuk usianya.

Stunting merupakan bentuk kekurangan gizi kronis berkepanjangan. Anak Indonesia pada umumnya tidak kekurangan makan, tetapi rendahnya kesadaran akan gizi seimbang mengakibatkan mereka hanya mendapat asupan makanan pokok dengan sedikit protein atau sayuran. Banyak orang tua juga tidak memahami pentingnya ASI, sebaliknya mengandalkan susu formula bagi bayi.

Penyebab stunting dimulai saat anak di dalam kandungan karena pola makan ibu yang buruk, tetapi gejalanya biasanya muncul setelah anak berusia sekitar dua tahun, yang ditandai dengan anak tersebut tidak tumbuh secepat yang seharusnya.

Di beberapa daerah, kurangnya air bersih untuk sanitasi, kebersihan pribadi, serta akses terbatas ke layanan kesehatan dapat memperburuk masalah.

Stunting sering dimulai di dalam rahim karena pola makan ibu yang buruk, tetapi gejalanya biasanya tidak muncul sampai anak berusia sekitar dua tahun, ketika menjadi jelas bahwa anak tersebut tidak tumbuh secepat yang seharusnya.

Mengapa stunting menjadi masalah serius?

infografis stunting

Stunting mengakibatkan kerugian besar dari segi ekonomi. Penderita memiliki sistem kekebalan yang lemah, lebih rentan terhadap penyakit seperti diabetes dan kanker, dan cenderung meninggal lebih awal daripada orang yang normal.

Perkembangan otak juga terdampak, penderita juga memiliki IQ yang lebih rendah dan penurunan pendapatan setelah mereka dewasa. Menurut penelitian WHO, anak-anak stunting saat usia dua tahun, akan menyelesaikan sekolah lebih lama setahun dan memperoleh pendapatan  lebih kecil 20% dari yang tidak.

Hal ini juga berdampak pada perekonomian negara. Pemerintah telah menetapkan target untuk menjadi kekuatan ekonomi terbesar kelima di dunia pada tahun 2045, yang didukung adanya bonus demografi dengan banyaknya usia produktif dalam beberapa dekade mendatang. Tetapi jika stunting tetap pada level saat ini, lebih dari seperempat dari angkatan kerja tersebut akan kurang sehat dan produktif daripada yang seharusnya. Hal ini menghambat pembangunan bangsa dan mengakibatkan  jutaan orang di bawah kemiskinan yang seharusnya bisa dihindari.

Apa yang harus dilakukan orang tua?

Stunting mudah dicegah dengan nutrisi yang tepat. Calon ibu perlu mengikuti diet gizi seimbang sebelum kehamilan dimulai untuk memastikan bahwa nutrisi yang memadai diteruskan ke janin.

Kementerian Kesehatan Indonesia merekomendasikan bahwa makanan sehat harus terdiri dari sekitar sepertiga buah dan sayuran, sepertiga karbohidrat seperti nasi, dan sepertiga protein seperti daging, ikan, atau sumber protein nabati.

Orang tua juga harus mempraktikkan pola hidup bersih yang benar, termasuk mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum menyiapkan makanan atau makan.

Para ahli merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan bayi, dan ayah dapat berperan dengan mendukung keputusan pasangan mereka untuk menyusui. Dan saat bayi mulai disapih, diberikan makanan tambahan bergizi ke dalam asupannya.

Apa saja gejala stunting?

View this post on Instagram

T-Friends, stunting bisa dicegah dengan mengetahui ciri-cirinya. Dibanding anak normal seusianya, fisik anak stunting lebih pendek dan memiliki kecerdasan yang lebih rendah. Dampak stunting akan dirasakan hingga mereka dewasa, di antaranya produktivitas rendah dan lebih berisiko terhadap penyakit kanker dan diabetes. Selama bulan Juli, Tanoto Foundation mengadakan #BulanPeduliStunting untuk berbagi informasi tentang kondisi pada anak yang disebabkan oleh gizi buruk berkepanjangan dan kurangnya stimulasi fisik dan sosial tersebut. Untuk mengetahui lebih lengkap gejala anak stunting dan bagaimana pencegahannya, klik link di bio kami yaa #stuntingprevention #malnutrition #sadarstunting #cegahstunting #tumbuhkembanganak #perkembangananak #gizianak #kesehatanbayi #tipsbayi #tumbuhkembangbayi #ibubaru #bayisehat #infokesehatananak #infokesehatanbayi #anaksehatindonesia #ayocegahstunting #tipshamilsehat #stuntingpadaanak #cegahstuntingitupenting #cerdasparenting #giziibuhamil #janinsehat #nutrisiibuhamil #nutrisibayi #stuntingpadaanak

A post shared by Tanoto Foundation (@tanotoeducation) on

Anak-anak yang menderita stunting biasanya memiliki berat kurang dari 2,5 kg saat lahir, dan tumbuh lebih lambat dari yang seharusnya. Mereka juga mengalami keterlambatan pertumbuhan gigi dibanding anak-anak yang tidak stunting.

Gejala ini bisa dicegah dengan memberikan nutrisi seimbang pada ibu hamil dan anak pada 1.000 hari pertama kehidupan, atau hingga usia dua tahun.

Jika ada kemungkinan gejala stunting pada anak, orang tua harus mencari saran dari dokter atau petugas kesehatan terdekat.

Program pencegahan stunting oleh pemerintah

Pemerintah telah meluncurkan Gerakan Masyarakat 1.000 Hari Kehidupan Pertama pada 2013 yang berfokus pada pemenuhan nutrisi untuk anak-anak dari fase kehamilan (270 hari) hingga usia dua tahun (730 hari).

Pemerintah juga meluncurkan Strategi Nasional untuk Percepatan Pencegahan Stunting pada 2017, menghimpun komitmen 22 kementerian dan dana sekitar US $ 14,6 miliar untuk melaksanakan berbagai program pencegahan stunting. Pada 2018, strategi ini menargetkan 100 kabupaten/kota dengan prevalensi stunting yang tinggi. Jumlah kabupaten meningkat menjadi 160 pada 2019, 360 kabupaten/kota pada 2020, dan akhirnya 514 kabupaten/kota dan kota pada 2021.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, upaya untuk mempercepat pengurangan stunting menjadi salah satu prioritas utama.

Pemerintah menargetkan prevalensi di bawah 20 persen pada tahun 2024, dan telah mencapai beberapa kemajuan. Pada 2007, prevalensi stunting adalah 36,8% dan mengalami penurunan menjadi 27,7% pada 2019.

Dukungan dari Tanoto Foundation

Melalui program Pengembangan dan Pendidikan Anak Usia Dini, Tanoto Foundation, organisasi filantropi keluarga independen yang didirikan oleh Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto pada tahun 1981, secara aktif mendukung upaya pemerintah dalam pencegahan stunting. Kami berinvestasi dalam penelitian yang membantu dalam pengambilan keputusan berbasis data dan meningkatkan kapasitas pengasuhan di Indonesia dalam mendukung perkembangan anak-anak.

Kami juga menjadi donor perintis dalam inisiatif World Bank’s Multi Donors Trust Fund for the Indonesian Human Capital Acceleration, dengan menyediakan US $ 2 untuk membantu pemerintah merealisasikan strategi percepatan pencegahan stunting.


Bersama dengan SMERU Research Institute, Tanoto Foundation juga melakukan studi percontohan di Rokan Hulu, Riau, untuk memetakan prevalensi stunting hingga ke tingkat desa. Data ini akan membantu menginformasikan strategi pencegahan stunting di tahap selanjutnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Comments

Ika panjaitan - Juli 9, 2020

Anak aku 2 tahun bb cuma 10 kilo. Makan susah gk pernah lahap. Pada hal saya dah bikin menu yg bergizi dan enak. Tpi percuma dia gk mau mkan. Badan ny jdi kecil

Tanoto Foundation - Juli 15, 2020

Hi Ika, Berat badan ideal anak laki-laki usia 2 tahun adalah antara 9 – 14,8 Kg, bila anak Ibu Perempuan adalah antara 9,7 – 15, 3 Kg.

Nandita - Juli 10, 2020

Kalau Anak sudah lewat 2 tahun, apakah masih bisa mengatasi atau setidaknya mengurangi akibat dari Stunting?

Tanoto Foundation - Juli 15, 2020

Hi Nandita, perkembangan otak anak terjadi sangat pesat di dua tahun awal kehidupan seorang anak, atau yang biasa disebut golden period. Setelah usia 2 tahun maka yang bisa dilakukan orang tua adalah tetap memberikan makanan yang bergizi serta stimulasi sesuai dengan usianya. Kalau ini dilakukan maka perkembangan anak akan mendekati anak yang normal.