Jumat, 14 April 2017

10 Penelitian rayakan 10 tahun Tanoto Student Research Award

Inovasi dan penemuan baru sangatlah penting bagi kemajuan sebuah negara, itu lah mengapa Tanoto Foundation mengadakan Tanoto Student Research Award pada tahun 2007. Dalam rangka merayakan kompetisi tahunan yang ke 10, tahun ini TSRA kembali mendukung penelitian 10, dan berikut di antaranya:

 

  1. Inovasi Baru dari Fungsi Bambu

Tanaman bambu telah lama dikenal sebagai bahan baku pembuatan suvenir, tapi keanekaragaman bambu terbatas pada bentuk dasarnya yang silinder, beruas-ruas, dan berongga. Maka dari itu, Bhakti Jayadi, Wahyullah, M. Fadli Alamsyah, dan Dr. Suhasman, S.Hut., M.Si dari Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin menerapkan teknologi laminasi bambu Petung sebagai bahan baku pembuatan suvenir. Produk suvenir berbahan bambu laminasi cenderung memiliki nilai estetika yang lebih tinggi.

  1. Sistem Pertanian Presisi Menggunakan Drone

Terbatasnya penggunaan teknologi dalam sistem pertanian di Indonesia, membuat Josua Christanto, Rahmi Karmelia, Ahmad Dhiyaaul, M. Luthvan Hood, dan  Mery Astuti dari Universitas Indonesia mengembangkan sistem pertanian presisi menggunakan drone. Teknologi ini merupakan wahana pesawat terbang tanpa awak untuk membantu petani atau pelaku agribisnis dalam menganalisa tanaman pada lahan pertanian dengan saraf tiruan dalam kurun waktu yang efektif. Wahana ini juga dikembangkan untuk mampu menyiram pestisida tanaman pada area yang luas dengan tidak menghabiskan waktu lama.

  1. Papan Kayu dari Pelepah Sawit

Kebutuhan kayu solid di Indonesia yang mencapai 46 juta m3 per tahun belum mampu dipenuhi produsen lokal, karena produksinya hanya mencapai 35,29 juta m3 per tahun. Dalam rangka memenuhi kebutuhan kayu tersebut, Indra Hermanto, Dimas Ramdhani, dan Yessy Nurmalasari dari Departemen Kehutanan, Institut Pertanian Bogor meneliti pelepah sawit sebagai alternatif kayu yang lebih ramah lingkungan. Papan komposit ini dapat digunakan menjadi panel dinding selayaknya kayu lainnya.

  1. Penggunaan Jamur Sebagai Pendegradasi Plastik

Plastik merupakan salah satu bahan yang paling umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Namun untuk mengurai plastik secara alami dibutuhkan waktu yang cukup lama, bahkan hingga beribu-ribu tahun. Maka dari itu Randi Aritonang, Dhaifina Sabila, dan Dita Isnaini Rambe dari Universitas Sumatera Utara meneliti tentang jamur yang dianggap memiliki kemampuan dalam mendegradasi limbah plastik secara cepat.

  1. Inovasi Mengubah Limbah Batu Alam Menjadi Batako

Cirebon merupakan pusat pengolahan batu besar di Indonesia, namun prosesnya menghasilkan limbah polusi yang sangat besar. Maka dari itu, Alfin Mohammad Abdillah, Dhea Shofi Racmadita dan Faldie Fathurohman dari Institut Teknologi Bandung berinovasi untuk mendaur ulang limbah ini menjadi batako. Melalui proses daur ulang ini, dari setiap batako yang dihasilkan, terdapat 70 % limbah batu alam di dalamnya. Dengan kata lain, limbah yang seharusnya dibuang bisa dimanfaatkan.

  1. Pupuk Berbasis Bakteri

Banyak tanaman yang bersimbiosis dengan bakteri yang hidup dan menempel di akar mereka. Ashifa Cahyani, Tita Aulia, Muhammad Ichsan, Hasrullah dan Muhammad Ersyan dari Universitas Hasanuddin telah mengembangkan sebuah produk yang disebut Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR), yang mengambil bakteri menguntungkan dan mengubahnya menjadi pupuk.

  1. ATM Sehat untuk Kesehatan Masyarakat

Memberikan pelayanan kesehatan di daerah terpencil di Indonesia merupakan hal yang sangat sulit untuk dilakukan. Namun, Sigit Mohammad Nuzul dari Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, mencoba mengatasi masalah tersebut. Ia memperkenalkan inovasi Anjungan Telehealth-nursing Masyarakat Sehat (ATM Sehat), yaitu alat kesehatan jarak jauh yang berbentuk tempat penyimpanan first aid dan dilengkapi layar sentuh yang berisikan aplikasi Telehealth, pengukur tekanan darah, dan gula darah.

  1. Mesin Penggali Lubang untuk Penanaman Pohon yang Lebih Aman dan Cepat

Untuk mengoperasikan mesin penggali lubang yang digunakan untuk menanam pohon, biasanya dilakukan dengan tangan. Hal tersebut tentunya sangat memakan waktu dan cukup berbahaya bagi penggunanya. Selain itu juga, mesin tersebut sulit untuk digunakan di tanah yang miring. Maka dari itu, Bagas Adji, Syifa Paxia dan Wahyu Hartato dari Institut Pertanian Bogor merancang Silvator, sebuah mesin yang menggabungkan bor dengan roda untuk membuatnya lebih mudah bergerak. Mesin Silvator ini, mampu menggali 80 lubang per jamnya, atau sekitar dua kali lipat dari mesin penggali lubang biasa, yang hanya bisa menggali 40-45 lubang per jamnya.

  1. Tes Gula Darah Tanpa Rasa Rakit untuk Penderita Diabetes

Diabetes merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan, dan membutuhkan perawatan secara berkelanjutan kondisinya agar tidak semakin parah. Umumnya, diabetes dikontrol melaui tes gula darah dan dilakukan secara berkala, namun cara tersebut sangatlah mahal. Maka dari itu, Yosatria Juanka Sibarani dan Anisha Nurul Hakim dari Universitas Sumatera Utara mengembangkan metode diagnosa diabetes melalui urine pasien. Inovasi ini tentunya membuat proses pemeriksaan gula darah menjadi singkat dan murah.

  1. Mendaur Ulang Sampah Menjadi Bahan Bakar


Farah Wirasenjaya, Nadhira dan Najla Nadhia Rahmawati dari Institut Teknologi Bandung  membuat solusi inovatif untuk permasalahan emisi limbah karbon. Mereka meneliti sampah sampah yang ada di TPPAS Nambo dan mendaur ulang sampah tersebut bahan bakar untuk industri semen di dekatnya. Bahan bakar tersebut menghasilkan emisi karbon yang lebih rendah dari bahan bakar utama industri semen, yaitu batubara.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Comments