Rabu, 31 Juli 2024

Unlocking Indonesia’s Golden Potential: Peran Kritis Pendidikan dan Pengembangan Anak Usia Dini

Dalam episode ini, Maniza Zaman, UNICEF Indonesia Country Representative, berdiskusi dengan Inge Kusuma, Country Head of Tanoto Foundation.


Indonesia harus secara drastis meningkatkan anggaran nasional untuk program pendidikan dan pengembangan anak usia dini (Early Childhood Education and Development, atau ECED) karena saat ini hanya 0,8 persen dari total anggaran pendidikan nasional, jauh lebih rendah dari standar internasional sebesar 10 persen. Sektor swasta dan organisasi filantropi diharapkan berkontribusi pada program ini.


Sementara itu, dengan jumlah perangkat telepon seluler yang lebih banyak dari populasi nasional, di mana banyak orang memiliki lebih dari satu perangkat, pemerintah dan masyarakat dapat memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan program pendidikan dan pengembangan anak usia dini di seluruh negeri. Indonesia harus berinvestasi sekarang jika ingin meraih bonus demografi pada tahun 2045 saat Indonesia merayakan 100 tahun kemerdekaannya.


Pada tahun 2045, populasi Indonesia akan sekitar 318 juta, enam puluh persen di antaranya akan berada pada usia produktif. Mengingat kita akan menghadapi 20 tahun ke depan, Indonesia perlu benar-benar bersiap sekarang. Waktu akan sangat penting jika Indonesia benar-benar ingin meraih keuntungan dari usia produktif. Kita harus berinvestasi dari sekarang untuk mendapatkan bonus.

“Untuk setiap rupiah yang Anda investasikan dalam pendidikan, Anda dapat meraih empat kali lipat dari investasi Anda. Anda harus berinvestasi jika ingin meraih bonus demografi,” jawab Maniza ketika ditanya oleh Inge.

Tahun-tahun pertama kehidupan sangat kritis dalam membentuk masa depan anak, masyarakat, dan generasi. Ini benar-benar membentuk apa yang akan terjadi pada manusia tersebut di kemudian hari dalam hal kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan kapasitas produktif. Mengapa demikian?


“Marilah kita melihat tahun-tahun awal. Ketika bayi lahir, ukuran otak bayi adalah seperempat ukuran otak orang dewasa, fakta nomor satu. Pada usia satu tahun, ukurannya telah berlipat ganda,” ungkap pejabat senior UNICEF tersebut.

Sembilan puluh persen perkembangan otak sudah terjadi pada usia lima tahun. Ketiga, 60 persen asupan energi bayi digunakan untuk mengembangkan otak. Akhirnya, otak bayi mampu membuat satu juta koneksi baru setiap detik, fase yang tidak pernah terulang dalam hidup kita.
“Jadi sekarang kita bisa melihat betapa kritisnya tahun-tahun awal tersebut, bukan hanya untuk perkembangan. Ini adalah jendela peluang,” katanya.


Biasanya, seorang anak akan mengikuti beberapa jenis kegiatan di lembaga atau pusat pendidikan usia dini pada usia empat sampai lima tahun. Dan pada usia lima sampai enam tahun, mereka pergi ke sekolah. Pentingnya pendidikan anak usia dini adalah salah satu dimensi perkembangan anak. Sangat penting bagi anak-anak untuk mendapatkan setidaknya satu tahun pendidikan sebelum mereka pergi ke sekolah karena ini benar-benar membentuk dasar untuk numerasi, literasi, dan pembentukan karakter.

“Bagi anak-anak berusia tiga hingga enam tahun, sangat penting bagi mereka untuk mengikuti pendidikan dan pengembangan anak usia dini setidaknya selama satu tahun sebelum mereka pergi ke sekolah,” tegasnya.

Dalam populasi seperti di Indonesia, kita bisa menggunakan platform media sosial untuk memperkenalkan program parenting secara masif. Guru juga dapat menggunakan konektivitas dan platform media sosial ini. Layanan ini menyediakan materi untuk pengajaran program pendidikan dan pengembangan anak usia dini. Guru juga dapat menggunakan konektivitas dan platform internet untuk mempelajari praktik dan pedagogi yang baik. Setiap hambatan harus diatasi.

Tonton diskusi lengkapnya di sini: https://bit.ly/UnlockingPotentialTFxUNICEF

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

For security, use of Google's reCAPTCHA service is required which is subject to the Google Privacy Policy and Terms of Use.

Comments