Tanoto Foundation Mendukung Peningkatan Kualitas Pendidikan Indonesia Melalui Penerapan Sistem Asesmen yang Tepat
Kamis, 20 Agustus 2015 – Bagi sebagian orang, asesmen hasil belajar siswa mengacu pada Ujian Nasional yang menentukan kelulusan siswa. Bagi sebagian lainnya, asesmen berarti nilai-nilai raport yang menunjukkan hasil belajar siswa di kelas sehari-hari. Manakah yang lebih valid dalam melihat hasil belajar siswa?
Menurut pakar pendidikan Prof. Dr. S. Eko Putro Widoyoko, M.Pd., asesmen atau penilaian diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran berdasarkan kriteria maupun aturan-aturan tertentu. Jadi untuk melakukan asesmen hasil belajar siswa diperlukan suatu alat atau instrumen dan teknik sebagai pengumpul informasi dan pertimbangan penilaian mengenai hasil belajar siswa tersebut. Hasil asesmen ini selanjutnya dijadikan sebagai umpan balik untuk meningkatkan kualitas sistem pembelajaran selanjutnya.
Untuk memberikan perspektif dan berbagi pengalaman dalam pelaksanaan sistem asesmen pendidikan, Tanoto Foundation bekerja sama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia serta Universitas Widya Mandala Surabaya mengadakan seminar publik bertema ‘Asesmen dalam Reformasi Evaluasi Pendidikan’. Seminar ini diadakan di Gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia di Jakarta, 20 Agustus 2015.
Pembicara utama Seminar adalah Profesor Mark Wilson, Ph.D., peneliti dari The Berkeley Evaluation and Assessment Research (BEAR) Center, University of California Berkeley.Mark Wilson banyak melakukan penelitian terhadap isu-isu asesmen pendidikan di berbagai tempat. Ia berbagi praktik-praktik yang baik dari sistem asesmen yang telah sukses diterapkan di negara lain dan pelajaran yang diambil dari proses tersebut.
“Ada empat dasar yang harus dipenuhi dalam sistem asesmen pendidikan. Pertama yaitu asesmen harus didasarkan pada perspektif pembelajaran siswa. Kedua, apa yang diajarkan dan apa yang dinilai harus jelas dan selaras. Ketiga, peran guru adalah manajer dan pengguna data penilaian, dan yang terakhir adalah penilaian kelas harus mengikuti standar validitas dan reliabilitas,” jelas Mark Wilson.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Totok Suprayitno, Ph.D., menjelaskan kebijakan pemerintah dalam mengimplementasikan sistem asesmen pendidikan di Indonesia.
“Kami sebagai penentu kebijakan pendidikan nasional mempertimbangkan masukan-masukan yang ada untuk menetukan model asesmen yang akan diimplementasikan selanjutnya. Kami menyambut baik dan mendukung seminar-seminar seperti ini demi perbaikan sistem pembelajaran, khususnya sistem asesmen di Indonesia,” kata Totok Suprayitno.
Juga tampil sebagai pembicara adalah Yulia Sri Prihartini, M.Hum, Pengawas Sekolah Menengah Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman, Yogyakarta yang menyampaikan pandangan dan aspirasi guru-guru SMP tentang penilaian kelas dan penyelenggaraan Ujian Nasional sebagai salah satu bentuk asesmen di daerahnya. Tri Harjanti, Guru SDN 201/VII Pinang Belai, Jambi, yang merupakan sekolah mitra Tanoto Foundation juga menceritakan pengalaman dan kendala yang dihadapinya dalam menerapkan asesmen belajar siswa sehari-hari di lapangan.
Sementara itu Ketua Pengurus Tanoto Foundation, Sihol Aritonang, mengatakan, “Tanoto Foundation mendukung peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Sesuai mandat pendiri Tanoto Foundation, Bapak Sukanto Tanoto dan Ibu Tinah Bingei Tanoto, Tanoto Foundation membina 320 sekolah melalui serangkaian pelatihan guru yang berkelanjutan. Tentu saja sistem asesmen hasil belajar sangat relevan agar program pendidikan dapat diukur efektivitasnya.”
Tinggalkan Balasan