Rabu, 21 September 2016

Tanoto Foundation dan NUS Mendukung Peningkatan Sektor Sosial di Asia Tenggara

Singapura, 21 September 2016 – Mahasiswa National University of Singapore (NUS) bekerja sama dengan organisasi sosial terkemuka ASEAN dalam kompetisi “Crossing the Chasm Challenge”. Kompetsi yang digelar untuk pertama kali ini berhadiah total S$ 75.000 dan mendukung mahasiswa untuk bekerja sama dengan organisasi sosial dan mendapat bimbingan dari pelaku industri. Selain itu, peserta kompetisi juga diharuskan untuk menyusun  rencana pemasaran dan inisiatif untuk menanggulangi kemiskinan.

Diselenggarakan oleh Asia Centre for Social Enterprises and Philanthropy (ACSEP) di NUS Business School, “Crossing the Chasm Challenge” didukung oleh Tanoto Foundation. Ini merupakan pertama kalinya organisasi sosial dan mahasiswa disandingkan dengan pakar industri untuk memajukan sektor sosial.  Solusi-solusi mereka juga dipresentasikan di hadapan panel juri untuk memenangkan hadiah.

Tim iChange, yang terdiri dari mahasiswa NUS Vincent Ng, Jared Ho, Terence Teoh, dan Tan Yan Ni, beserta organisasi sosial mereka, SDI Academy, memenangkan hadiah utama S$ 12.000 untuk anggota tim dan S$ 30.000 untuk iChange. Di babak final yang diadakan pada tanggal 16 September 2016, tim iChange mengusulkan solusi strategis dalam mengatasi masalah jangkauan organisasi sosial di Singapura untuk memberdayakan pekerja migran melalui keterampilan komunikasi.

Tim Krakakoa, yang terdiri dari mahasiswa Yale-NUS Angela Ferguson, Anjali Hazra, Jermaine Pan, dan Regina Ng Si En, beserta organisasi sosial mereka Krakakoa, memenangi hadiah runner-up S$ 8000 untuk anggota tim dan S$ 20.000 untuk organisasinya. Tim ini mengusulkan diferensiasi dan proposisi keunikan daya jual produsen cokelat Indonesia yang mencoba untuk memperluas jangkauan ke pasar Singapura. Tim ini juga mengantongi People Choice’s Award dan memenangi hadiah tambahan S$ 2500 untuk masing-masing anggota tim dan untuk Krakakoa.

Diluncurkan dengan tujuan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar langsung dari organisasi sosial dan memungkinkan mereka untuk berkontribusi pada keberlanjutan bisnis, kompetisi tahunan ini mendorong partisipasi dari mentor industri untuk bekerja sama dengan mahasiswa NUS dalam menggagas dan mengembangkan solusi serta pendekatan yang inovatif.

Tahun ini, “Crossing the Chasm Challenge” mendukung penanggulangan kemiskinan yang menjadi fokus organisasi sosial yang termasuk ke dalam ‘pioneer gap’. Istilah ini mengacu pada organisasi sosial yang dihadapkan dengan kesenjangan pendanaan karena pendanaan awal yang  terlalu besar atau terlalu kecil bagi akselerator hibah, atau dampaknya yang terlalu kecil bagi investor.

“Dengan membantu mengurangi pioneer gap dan membangun ekosistem agar organisasi sosial memiliki kesempatan yang lebih baik dalam berkembang dan menjadi lebih matang, kami memenuhi misi ACSEP dalam memajukan sektor kewirausahaan sosial melalui penelitian dan pendidikan.”Crossing the Chasm Challenge” ini mempertemukan berbagai organisasi sosial dengan mahasiswa NUS dan mentor berpengalaman untuk bekerja sama menuju solusi inovatif yang memecahkan berbagai masalah yang ada, dan dengan demikian memajukan sektor sosial,” kata Ms Laina Raveendran Greene, Associate Director untuk Pengembangan Masyarakat di ACSEP.

Menyiapkan Wirausahawan Sosial di Masa Depan

Kompetisi dimulai pada Mei 2016, ketika 13 tim mahasiswa NUS yang terpilih disandingkan dengan 11 organisasi sosial terkenal dari Singapura, Indonesia, Nepal, Filipina, dan India. Para siswa ditugaskan untuk mengembangkan rencana pemasaran di bawah bimbingan beberapa pemimpin bisnis top Singapura, seperti Jacky Mussry, Deputi CEO Mark Plus, Inc., Margaret Kim, Direktur dan Penasehat Umum Credit Suisse, dan Natasha Gray, Asosiasi Konsultan di APCO Worldwide.

Tim-tim tersebut harus menguji proposal mereka kepada target audiens sebelum mengirimkannya untuk penilaian selama fase semifinal. Lima finalis yang dipilih harus mempresentasikan ide-ide mereka kepada panel juri dan audiens yang dihadiri lebih dari 200 penonton di final yang diadakan pada tanggal 16 September 2016.

Inisiatif ACSEP ini terlaksana berkat dukungan Tanoto Foundation yang bekerja sama dengan masyarakat dan mitra untuk mengatasi akar permasalahan kemiskinan di negara-negara di mana keluarga Tanoto memiliki kehadiran yang signifikan. Tanoto Foundation mendukung ACSEP dan kompetisi selama tiga tahun dengan menyumbangkan hadiah sejumlah S$ 225.000.

“Kompetisi ini memberikan kesempatan wirausahawan sosial untuk berkolaborasi dengan mahasiswa untuk memperbaiki model bisnis mereka, sehingga dampak sosialnya menjadi meningkat,” kata Belinda Tanoto, Anggota Dewan Pembina Tanoto Foundation dan juri kompetisi tahap final.

Selain dukungan dari Tanoto Foundation, sekitar 20 pelaku industri senior dari organisasi terkemuka, seperti Akamai, APCO Worldwide, Auto Wealth, Catalyst Health Asia, Credit Suisse, Ernst & Young, Mark Plus, Inc., MasterCard, dan Procter & Gamble, meluangkan waktu mereka untuk menjadi mentor dan membimbing mahasiswa dalam kompetisi ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

For security, use of Google's reCAPTCHA service is required which is subject to the Google Privacy Policy and Terms of Use.