Perempuan yang Menggerakkan Peningkatan Kualitas Pendidikan

Di Tanoto Foundation, organisasi filantropi keluarga independen yang didirikan oleh Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto pada tahun 1981, kami berkeyakinan bahwa kepala sekolah adalah motor penggerak untuk memperbaiki kualitas pendidikan. Karena seorang kepala sekolah adalah penentu kebijakan yang bisa menggerakkan guru dan para pelaku proses belajar mengajar di sekolahnya. Bila kebijakan yang dilakukan kepala sekolah baik, maka kualitas pendidikan pun ikut membaik.
Menjalankan Program PINTAR di lima provinsi dan 20 kabupaten/kota di Indonesia, kami menjumpai cukup banyak kepala sekolah yang progresif, memiliki ide-ide brilian serta mampu mengeksekusinya dengan tidak kalah apik. Tanoto Foundation merekam 13 orang kepala sekolah yang memiliki kemampuan untuk menggerakkan perubahan ini dalam buku digital “Praktik Baik Kepemimpinan Pembelajaran Kepala Sekolah. Buku ini diterbitkan pada bulan Maret 2020, bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama, serta kontennya ditulis oleh 13 wartawan media nasional dan daerah.
Dari 13 kepala sekolah yang diprofilkan tersebut, ada delapan orang perempuan. Di Hari Kartini kali ini, kami merangkum profil 8 kepala sekolah perempuan yang menjadi motor penggerak perubahan di sekolahnya. Versi lengkap profil ke-13 kepala sekolah terpuji tersebut bisa dibaca di e-book yang bisa diunduh di sini: http://bit.ly/KepemimpinanPembelajaran.
- Robingah

Robingah (berkerudung kuning) di tengah murid-muridnya (Foto: dok Tanoto Foundation)
SD Negeri Kalilumpang, Kendal, Jawa Tengah, terletak di pedesaan, tepatnya di tengah-tengah perkebunan karet. Kondisi sekitar yang sulit tidak mematahkan semangat Robingah untuk menjadikan sekolahnya sebagai penggerak literasi. Berbekal pelatihan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang didapat dari Program PINTAR, Robingah yang baru menjabat sebagai kepala sekolah selama 1,5 tahun itu membuat pojok baca di tiap kelas dengan bahan sederhana, membuat klinik baca untuk membantu murid yang masih kesulitan membaca, membiasakan murid-muridnya menulis serta membuat hari literasi.
- Sri Safni

Sri Safni (Foto: dok. Tanoto Foundation)
Sri Safni, Kepala Sekolah SDN 01 Benteng Hulu, Siak, Riau, menerapkan inovasi pembelajaran dalam semua kelas di sekolahnya setelah mendapatkan bekal pelatihan mengenai metode MIKiR (Mengalami, Interaksi, Komunikasi dan Refleksi) dari Tanoto Foundation. Selain itu, Sri juga mengadakan pojok baca di setiap kelas dan melibatkan orang tua siswa dalam menata ruang kelas agar lebih kondusif untuk proses pembelajaran.
- Rahmini

Rahmini (Foto: dok. Tanoto Foundation)
Di SMP Negeri 3 Batang Hari, Jambi, Rahmini selaku kepala sekolah mewajibkan para guru di sana untuk mengajar dengan metode yang interaktif. Mengacu kepada pelatihan pembelajaran aktif dari Program PINTAR, Rahmini meminta agar 80 persen anak-anak murid harus berpraktik dan aktif. Selain itu, Rahmini juga membangun komunikasi yang intens dengan orang tua siswa. Memanfaatkan aplikasi Whatsapp, Rahmini tergabung dalam 24 grup yang berisi wali kelas dan wali murid dan aktif berdiskusi serta berbagi informasi di sana.
- Fitrisma Rais

Fitrisma Rais /kiri/
Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 1 Kota Pekanbaru, Riau, memiliki tantangan yang sama dengan sekolah umum negeri. Fitrisma Rais, Kepala Sekolah MIN 1 Pekanbaru, bersama dengan para guru berusaha menjalankan inovasi pembelajaran dalam semua mata pelajaran, baik pelajaran umum atau pun pelajaran khas Madrasah. Selain itu, Fitrisma juga percaya bahwa hubungan baik antara sekolah dengan para orang tua murid terletak pada komunikasi yang baik di antara keduanya sehingga bisa menghasilkan kemajuan untuk sekolahnya.
- Nordiana

Nordiana /kanan/
Nordiana, Kepala Sekolah SDN 003 Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, dengan telaten memaparkan rencana-rencana sekolahnya kepada anggota komite sekolah dan para orang tua siswa dari kelas I hingga kelas VI secara bertahap. Selain itu, Nordiana juga menjalin komunikasi dan kerja sama dengan kepala desa dan sejumlah perusahaan yang beroperasi di wilayah setempat agar mereka bergerak membantu sejumlah kebutuhan penting sekolah seperti lahan parkir sekolah, taman dan sarana belajar mengajar.
- Arlely

Arlely /kiri/ menerima sumbangan buku dari orang tua murid. /Dok. Tanoto Foundation
Di SDN 20/1 Jembatan Mas, Kabupaten Batang Hari, Jambi, orang tua murid kelas I diajak untuk berpartisipasi aktif dalam mendampingi anak-anaknya dalam mengikuti pelajaran. Berkat kepemimpinan kepala sekolah Arlely, para wali murid ini dilibatkan di kelas karena sekolah menyadari bahwa adaptasi anak-anak di awal sekolah adalah hal yang krusial. Selain itu, Arlely juga aktif mengajak para wali murid berpartisipasi dalam pembuatan pojok baca di kelas masing-masing serta rajin mengajak Kelompok Kerja Guru (KKG) untuk berbagi dan saling membantu dalam pengembangan kompetensi dan keilmuan guru.
- Ninik Chaeroni

Ninik Chaeroni /kiri/
Kepemimpinan Ninik Chaeroni di SDN 2 Patukangan, Kendal, Jawa Tengah, sangat berperan dalam kemajuan kualitas pendidikan di sana. Ninik membawa perubahan sehingga sekolah tersebut mengadopsi sistem pembelajaran yang inovatif, mendorong lahirnya budaya baca dengan kehadiran pojok baca di kelas-kelas, serta tak lupa memperindah tampilan sekolahnya dengan bunga-bunga yang ditanam di teras sekolah. Ninik juga tidak lupa melibatkan para orang tua murid dengan membentuk grup paguyuban kelas serta secara rutin mengabarkan perkembangan anak-anak didik dan perkembangan sekolahnya di sana.
- Murniati Nasution

Murniati Nasution /kanan/
Tak ingin proses belajar mengajar di SDN 122375 Pematang Siantar, Sumatera Utara, berjalan membosankan, kepala sekolah Murniati Nasution mendorong para gurunya untuk mengikuti pelatihan Program PINTAR. Berkat kepemimpinannya, sekarang para guru di sekolah tersebut menerapkan metode pembelajaran aktif sehingga para murid tidak lagi merasa bosan. Selain itu, Murniati juga mengajak para orang tua murid untuk turut memikirkan pengadaan sarana belajar untuk anak-anak mereka. Hasilnya, para orang tua murid secara aktif selalu membantu sekolah untuk pemenuhan kebutuhannya, misalnya membuat pojok baca di setiap kelas.
Tinggalkan Balasan