Kamis, 1 Oktober 2020

Pemuda dan Perannya dalam Pencapaian SDGs

Pemuda mempunyai peran penting dalam pembangunan bangsa. Sejarah telah membuktikan bahwa pemuda Indonesia menjadi kunci lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui deklarasi Sumpah Pemuda pada  28 Oktober 1928 yang menjadi momentum bersatunya kekuatan pemuda dari seluruh daerah di Nusantara untuk memperjuangkan kemerdekaan.

Di era sekarang, pemuda menjadi kekuatan ekonomi dan tulang punggung pembangunan negara. Penduduk yang berstatus pemuda di saat ini, akan mendominasi populasi dalam bonus demografi yang diperkirakaan mencapai puncaknya pada pada 2030-2040.

Bonus demografi adalah kondisi jumlah penduduk usia produktif (berusia 15-64 tahun)  lebih besar dibandingkan penduduk usia tidak produktif (berusia di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun). Pada periode 2030-2040, penduduk usia produktif diprediksi mencapai 64 persen dari total jumlah penduduk yang diproyeksikan sebesar 297 juta jiwa.

Siapa pemuda Indonesia?

Pemuda menurut Undang-undang No.40 tahun 2009 adalah warga negara Indonesia yang berusia 16 sampai 30 tahun. Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional 2019, perkiraan jumlah pemuda sebesar 64,19 juta jiwa atau seperempat dari total penduduk Indonesia.

Jumlah ini menjadi potensi besar dalam pembangunan. Jika dibekali dengan berbagai keterampilan, para pemuda tersebut  akan berkontribusi secara signifikan terhadap kemajuan Indonesia.

Pemuda dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)

Sesuai dengan prinsip inklusivitas SDGs bahwa tidak ada satupun yang tertinggal (no one left behind), pemuda menjadi bagian dalam target pencapaian SDGs. Namun, posisi pemuda diharapkan tidak hanya sebagai target/penerima manfaat, tetapi dapat dioptimalkan sebagai subjek/pelaku pembangunan. Hal ini sangat tepat dalam menggambarkan semangat no one left behind.

Sebagai penerima manfaat pembangunan, kondisi pemuda sangat relevan dengan poin-poin dalam SDGs. Dalam Tujuan 1: Tanpa kemiskinan, misalnya; 1 dari 10 remaja dan pemuda hidup di bawah garis kemiskinan (Data 2015: Smeru Institute). Pada Tujuan 4: Pendidikan yang berkualitas; penilaian kualitas pendidikan Indonesia masih rendah berdasar ukuran  penilaian global (PISA/ Programme for International Student Assessment dan TIMMS/ Trends in International Mathematics and Science Study) mendapatkan bahwa profil pembelajaran siswa di Indonesia cenderung stagnan (flattening learning profiles) selama satu setengah dekade terakhir setelah Reformasi (2000-2014).

Dalam laporan Baseline Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) Pemuda dan Remaja di Indonesia, SMERU Institute setidaknya mengaitkan 13 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dengan pemuda sebagai target prioritasnya.

Sebagai pelaku, pemuda punya potensi besar untuk berkontribusi dalam pembangunan. Sifat pemuda yang selalu ingin tahu, rasa penasaran yang tinggi, kemauan belajar yang besar, membuatnya berpotensi dalam mendukung Tujuan 4: Pendidikan yang berkualitas.

Pemuda juga optimistis dalam memandang keberagaman. Menurut IDN Research Institute dalam Indonesia Millenial Report 2019, 81.5% pemuda Indonesia mendukung Negara Kesatuan Republik Indonesia dan 81.4% mendukung Pancasila sebagai ideologi negara. Hal ini selaras dengan Tujuan 10: Berkurangnya kesenjangan dan Tujuan 16: Perdamaian, keadilan dan kelembagaan yang tangguh.

Menurut IDN Research Institute, 79% pemuda Indonesia memeriksa memeriksa ponsel pintar mereka dalam satu menit setiap kali mereka bangun tidur di pagi hari. Ini menandakan mereka sangat bergantung pada teknologi dan mendukung pengembangan teknologi yang bisa berdampak pada pertumbuhan ekonomi, di mana ini sejalan dengan Tujuan 8: Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi.

Dari yang paling sederhana, kita sebagai pemuda dapat berkontribusi pada semua indikator dalam SDGs, misalnya jika kita memiliki bahan makanan atau barang layak yang sudah tidak kita inginkan, kita dapat memberikannya kepada orang yang membutuhkan, sehingga hal ini mendukung Tujuan 1, 2 , 3, 10, dan 12.

Kita juga bisa berbagi ilmu dan pendampingan anak muda untuk membimbing seseorang menuju masa depan yang lebih baik, ini termasuk mendukung Tujuan 4 dan 10. Tentu banyak kegiatan sehari-hari yang mendukung pelaksanaan SDGs.

Dukungan untuk pemuda agar bisa berkontribusi terhadap pembangunan

Jika dibekali dengan keterampilan dan kemampuan yang baik, pemuda bisa menjadi kunci dalam kesuksesan pencapaian SDGs. Akses terhadap pendidikan berkualitas serta pembangunan karakter sebagai pemimpin masa depan adalah salah satu dukungan yang dibutuhkan pemuda.

Melalui program pengembangan pemimpin masa depan dan beasiswa, Tanoto Foundation ingin membangun komunitas pemimpin yang bisa memberi kontribusi positif bagi lingkungan tempat mereka tinggal dan bekerja. Program ini membantu meningkatkan akses pendidikan berkualitas bagi generasi muda sekaligus membekali mereka dengan berbagai pelatihan terstruktur mengenai kompetensi dan nilai seorang pemimpin yang tangguh dan peduli.

Untuk membangun karakter kepemimpinan, kemampuan manajemen, dan pembuatan kebijakan, serta pemahaman mengenai isu-isu SDGs, Tanoto Foundation, organisasi filantropi keluarga independen yang didirikan oleh Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto pada tahun 1981, bekerja sama dengan UNDP dan Bappenas mendirikan SDG Academy Indonesia, yang merupakan inisiatif pertama di Indonesia dalam meningkatkan kapasitas para pelaku pembangunan.  Kehadiran SDG Academy Indonesia ini sangat tepat di saat kita memasuki dekade aksi dalam percepatan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Comments