Rabu, 17 Maret 2021

Menjadi Sahabat Anak, Dorong Pembelajaran Inspiratif di Rumah

Lebih dari satu juta anak di dunia terpaksa harus belajar dari rumah semenjak tahun lalu.

Sebagai orang tua, bagaimana Anda bisa mengarahkan anak-anak dalam menghadapi realita baru ini? Bagaimana Anda bisa bekerja dari rumah sambil membantu anak-anak belajar daring? Dan bagaimana Anda bisa menggunakan kesempatan ini untuk membangun ikatan yang lebih kuat dengan anak-anak Anda?

Pada episode perdana Pojok PINTAR kali ini, pembawa acara, Jerry Arvino, berbincang dengan Direktur Pendidikan Dasar Tanoto Foundation M. Ari Widowati, dan Spesialis Pendidikan Tanoto Foundation FX Banu Resiyawan untuk menggali lebih dalam bagaimana caranya agar orangtua dapat mendampingi dan menjadi sahabat anak belajar di rumah. Episode kali ini akan membahas:

a. Apa dampak dari pembelajaran jarak jauh terhadap anak usia sekolah dan anak remaja?

b. Bagaimana Anda dapat menggunakan kesempatan ini untuk membangun ikatan yang lebih kuat dengan anak?

c. Bagaimana cara orang tua menghadapi anak remaja yang moody?

d. Bagaimana orang tua mendukung proses pembelajaran anak?

Pandemi jadi peluang untuk lebih dekat dengan anak

Anak-anak saat ini tidak dapat melakukan aktivitas normal mereka, seperti pergi ke sekolah atau sekadar bertemu dan berkumpul bersama teman-temannya. Walau banyak tantangan yang harus dihadapi, situasi ini  memberikan kesempatan orang tua untuk bisa lebih dekat dengan anak.

Salah satu caranya adalah untuk mengambil waktu dalam mengenal minat, keunikan, kegemaran, keterampilan dan kecerdasan yang dimiliki anak. Ketika Anda sudah dapat memposisikan diri sebagai sahabat anak, barulah Anda bisa mengarahkan anak dengan lebih baik, termasuk membantu meraih tujuan mereka.

Komunikasi adalah kunci

Orang tua harus terus membangun hubungan dengan anak melalui komunikasi rutin, secara verbal maupun non-verbal. “[Sebelum pandemi], saya kerap kali melakukan perjalanan dinas, tapi saya selalu upayakan kalau saya pulang dari manapun, saya peluk anak saya, saya sapa mereka, dan itu masih dilakukan sampai sekarang,” ungkap Ari Widowati ketika berbagi pengalamannya menjadi sahabat anak.

 

Saksikan Ep. 1 Pojok PINTAR di YouTube Channel Tanoto Foundation.

Dengarkan di Spotify!

Transkrip Video

Jerry Arvino: Halo, T-Parents! Nama saya Jerry arvino, Selamat datang di pojok pintar sebuah program yang punya banyak sekali topik tentang pengembangan inovasi untuk kualitas pembelajaran dan hari ini kita akan berbincang, kita akan ngobrol-ngobrol, berbagi cerita tentang orang tua–peran orang tua–untuk bisa menjadi sahabat belajar anak. Dan pastinya program hari ini benar-benar menjaga protokol kesehatan dan di era pandemi seperti ini pastinya ada banyak adaptasi yang perlu dilakukan, terutama sebagai orangtua dan juga terhadap anak begitu ya. Untuk itu saya sudah bergabung bersama dua narasumber yang juga merupakan orang tua dan juga berkecimpung di dunia pendidikan dan pastinya memiliki concern tentang peran orang tua sebagai sahabat belajar anak. Selamat datang kepada Ibu Margareta Ari Widowati selaku direktur program pendidikan dasar Tanoto Foundation. Sehat Bu? Apa kabar?

Margareta Ari Widowati:  Hai, Mas Jerry. Salam sehat juga. Senang sekali bisa hadir di sini.

Jerry Arvino:  Ya, dan Ibu Ari ini adalah seorang working mom sudah lebih dari 20 tahun ya Bu, ya? Untuk membagi waktu, membagi peran, luar biasa sekali.

Margareta Ari Widowati:  Alhamdulillah, 20 tahun masih bisa di sini.

Jerry Arvino:  Iya, luar biasa. Pastinya entar ada cerita-cerita yang akan dibagikan ya Bu, ya?

Margareta Ari Widowati:  Amin. Mudah-mudahan bisa berbagi, senang kok berbagi.

Jerry Arvino:  Ya, itu dia dan satu lagi narasumber kita adalah seorang orang tua juga yang sudah berkecimpung 15 tahun, sekitar 15 tahun di dunia pendidikan dan juga sudah memiliki anak. Beliau adalah FX, Pak FX Banu Resiyawan selaku spesialis pendidikan Tanoto Foundation. Selamat datang, Pak!

FX Banu Resiyawan:  Terima kasih, Jer!

Jerry Arvino:  Apa kabar, Pak? Bagaimana segera kayaknya hari ini.

FX Banu Resiyawan:  Selalu sehat saya, harus menjaga protokol kesehatan,ya.

Jerry Arvino: Betul sekali. Dan, ini saya pengen nanya sama bapak ibu juga. Ini di era pandemi seperti ini, begitu ya, pasti ada banyak adaptasi yang terjadi dan pastinya untuk orang tua, sebagai sahabat belajar anak, dan juga anaknya sendiri gitu. Mungkin saya mulai dari Pak Banu terlebih dahulu ya karena anaknya kan katanya masih kecil

FX Banu Resiyawan:  Usia play group

Jerry Arvino: Pasti lebih challenging, Pak?

FX Banu Resiyawan: Ya, sangat challenging sekali. Apalagi sebagai, katakanlah orang tua yang pertama kali memiliki anak kecil gitu ya. Adaptasi-adaptasi perlu kita lakukan, kita perlu berbagi bersama dengan pasangan hidup kita. Bagaimana untuk meng-handle anak terutama pernah mengalami setidaknya berapa bulan di playgroup itu dan akhirnya berlanjut melalui media sosial. Karena itulah kita punya peran yang besar itu, berbagi tugas dengan pasangan hidup.

Jerry Arvino:  Itu dia. Dan salah satu yang membuat saya penasaran juga kalau misalnya anaknya masih kecil kan itu kita kebayang gitu Pak, ya. Mungkin T-Parents juga relevan, relate gitu. Nah, kalau Ibu Ari ini, anaknya sudah lebih besar begitu, adakah challenge sendiri, Bu, untuk beradaptasi?

Margareta Ari Widowati: Kayaknya sih ngurus anak itu challenge terus ya.

Jerry Arvino: Terus ya Bu, ya? Walaupun sudah besar ya Bu, ya?

Margareta Ari Widowati: Tadi dibilang ngurus anak usia dini itu punya tantangan sendiri. Sama aja. Punya anak remaja mau kuliah juga punya tantangan tersendiri, ya. Karena fase-fase anak kan juga memiliki karakter sendiri yang memang orang tua harus kreatif.

Jerry Arvino: Kalau misalnya ini kan kalau misalnya pandemi seperti ini pastinya challenge-nya sudah kebayang gitu ya. Kalau untuk bapak mungkin dari bagaimana membuat anak konsentrasi, tetap belajar, seperti itu. Mungkin Ibu juga tadi ada struggle. Tapi kalau dari Bapak dan Ibu sendiri, melihat apa, apa dampak positif yang bisa didapatkan gitu yang biasanya enggak tapi gara-gara pandemi mungkin lebih sering di rumah terus Ibu bisa?

Margareta Ari Widowati: Usia remaja itu usia anak yang unik, ya. Karena buat mereka, teman adalah segala-galanya. Mereka akan dengerin temennya lebih banyak dari pada dengerin orang tua.

FX Banu Resiyawan:  Betul itu.

Margareta Ari Widowati:  Saya masih inget ya Mas Banu waktu saya nganterin anak saya SMP sekolah tuh ya ‘Mama jangan turun dari mobil, ya. Aku nggak mau kelihatan dianterin sama Mama’. Buat mereka reputasi bahwa dekat dengan orang tua itu sesuatu yang memalukan buat mereka. Tapi padahal pada usia remaja itu, anak justru perlu orang tua. Nah, masa pandemi ini saya melihatnya sebagai peluang bagi orang tua untuk dekat dengan anak. Mereka punya keterbatasan kan sekarang enggak bisa ketemu dengan anak-anaknya lagi.

Jerry Arvino:  Betul.

Margareta Ari Widowati: Ya karena semuanya nggak bisa keluar rumah, nggak bisa nongkrong bareng, pulang sekolah nggak ada lagi, itu kan? Nah, justru itu adalah peluang dari orang tua untuk bisa masuk dengan anak. Dan untungnya, Mas Jerry dan Mas Banu juga, kita kerja di Tanoto Foundation ya jadi kita punya banyak akses tuh terhadap ilmu-ilmu, terhadap cara-cara, tips trik bagaimana kita mendekati anak atau berkomunikasi dengan anak. Saya kira kalau Mas Banu juga kalau dengan anak juga menempatkan diri sebagai sahabat juga kan?

FX Banu Resiyawan: Sama Bu. Cuma ketika anak saya masih kecil gitu, ya. Ketika kita menempatkan sebagai sahabat itu memang betul dibutuhkan kreativitas itu ya. Di mana kita menginginkan anak juga belajar tetapi dengan cara yang menyenangkan dengan cara yang fun bukan dengan cara yang katakanlah cara-cara lama tapi cara yang menyenangkan. Anak saya menyukai YouTube, itu kan, biasanya dia melihat lagu-lagu, gitu kan. Ada juga yang berbahasa Inggris, itu kan. Nah, kita sebagai orang tua itu memang kadang-kadang dituntut kita harus kreatif, memanfaatkan apa yang dia dapat, lalu kita follow up, kita apa namanya ajak mereka bermain berdasarkan apa yang dia tonton di YouTube. Katakan lagu tentang berhitung one two three, kita biasanya bermain lompat-lompatan one two three.

Jerry Arvino: Ikutan berarti Pak, ya? Punya peran serta aktif begitu ya?

FX Banu Resiyawan:  Peran serta aktif. Makanya itu sebagai orang tua kita harus bersedia untuk menjadi sahabat anak, itu ya. Dengan cara, kita masuk ke dunia anak-anak. Di mana dunia anak-anak penuh dengan permainan yang sangat menyenangkan. Dan itu juga hal-hal yang perlu kita lakukan sebagai orang tua.

Margareta Ari Widowati:  Saya cuma mau tanya, Mas Banu. Saya agak lupa ya, waktu itu kalau ngurusin anak yang moody anak-anak kan suka ngambek ya. Kalau anak usia dini kan suka ngambek ya. Itu gimana Mas Banu, tuh?

FX Banu Resiyawan: Nah, saya pengalaman, begitu ya. Anak kan biasanya pengennya diturutin maunya. Di satu sisi kita harus tahu juga sebagai orang tua bahwa ada yang memang harus diikuti, ada yang tidak ada. Nah, di sinilah sebenarnya orang tua berperan sebagai sahabat anak gitu. Kita menyiapkan berbagai macam alternatif kegiatan yang kira-kira ketika anak tidak mau, kita alihkan kegiatan yang lain seperti itu. Sebagai contoh sederhananya, dia itu menginginkan, ketika anak saya sakit gitu ya, pernah kita ajak keluar liat es krim dia suka sekali gitu kan. Itu ngeyel dia pengen beli es krim.

Margareta Ari Widowati: Ngeyel apa itu bahasanya ya?

FX Banu Resiyawan: Iya, itu, apa ya. Mungkin tepatnya.

Jerry Arvino: Ingin dituruti.

Jerry Arvino: Ingin dituruti pokoknya pengen dibelikan es krim gitu kan. Tapi satu sisi, saya sebagai orang tua harus menyiapkan alternatif lain. Saya ajak biasanya, mau tidak mau harus mencari permainan-permainan yang ada di rumah. Kita ada namanya kereta, rel apa namanya, kereta api gitu. Makanya saya sampai tahu Thomas dan lain sebagainya itu, saya belikan. Saya ajak ke arah ke situ.

Jerry Arvino: Tapi saya sebenarnya tertarik, kalau Bapak kan anak kecil ya, bisa dibilang lebih kecil gitu, bisa dikendalikan seperti ini. Ini lebih challenging sebenarnya Ibu Ari dengan anaknya yang sudah, mungkin beranjak remaja, begitu. Apalagi mereka tuh kayak ‘aduh Mama jangan ikutan deh’ gitu ya. Bagaimana Ibu bisa masuk ke.. untuk bisa menjadi aktif dengan kegiatan anak ibu.

Margareta Ari Widowati: Mendidik anak itu kan bukan tiba-tiba saya didik anak saya remaja. Artinya proses mendidik anak itu kan dari sejak dia bahkan dari kandungan sampai sekarang. Makanya nih, Tanoto Foundation programnya kan selalu dari anak usia dini sampai nanti berkarya gitu ya. Nah, itu memang karena mendidik anak bukan suatu spektrum 1 tahun 2 tahun tetapi betul-betul panjang. Apa yang saya nikmati sekarang pada saat situasi pandemi, anak-anak di rumah dan mereka punya keinginan-keinginan yang nggak bisa tersalurkan karena nggak ada temennya. Saya cukup dekat, saya beruntung saya cukup dekat dengan anak saya karena sejak kecil saya selalu membiasakan diri saya untuk menyapa anak. Saya tuh travel tuh bisa seminggu, nanti nggak ketemu anak seminggu, terus nanti ketemunya tuh mungkin cuma sebentar karena mau angkat koper lagi. Tapi saya selaku upayakan bahwa pulang dari mana pun saya peluk anak saya, saya sapa anak saya, dan itu sampai sekarang. Jadi Mas Jerry kalau ngelihat ya, saya punya WhatsApp Group femily gitu keluarga, itu emoticon hati banyak banget gitu.

Jerry Arvino:  Stiker-stiker lucu gitu?

Margareta Ari Widowati:  Stiker hati sama anak. Ya, karena saya sudah dari kecil saya biasakan untuk berkomunikasi, menyapa anak, memeluk anak. Tapi kan kembali lagi, orang tua harus kreatif, jadi bagaimana saya tahu dia punya aktivitas ini ya karena saya secara fisik melihat dia dan kemudian saya juga membina hubungan. Misalnya, saya lagi istirahat karena kerja seharian di rumah, bikin teh nih misalnya. Waktu bikin teh saya tanya, ‘Mas mau enggak mama lagi bikin teh nih? Oh mau, Mah.’ Nah, hal-hal yang seperti itu.

Jerry Arvino: Interaksi ya Bu, ya?

Margareta Ari Widowati: Interaksi. Jadi dia nyaman, saya nyaman.

FX Banu Resiyawan: Kalau Pak Banu sendiri gimana, Pak? Kalau masuk kegiatan tadi kan seperti main bersama, gitu ya, bahkan niru-niru loncat-loncat segala macam gitu Pak, ya?

FX Banu Resiyawan: Jadi kalau untuk anak saya ini memang, anak remaja pun membutuhkan apa namanya sentuhan fisik juga ya, apalagi anak yang masih–apa namanya–usia dini, ya. Kita punya kebiasaan bahwa memang harus memberikan sentuhan kepada anak. Menggandengnya, terus memeluknya juga, kadang-kadang menggendong juga gitu kan. Itu dibutuhkan oleh mereka. Dan itu juga dibutuhkan oleh orang tua juga, untuk membuat semacam kedekatan emosional bahwa dengan sentuhan fisik itu, tentu anak bisa merasakan juga dan orang tua juga bisa merasakan juga ya. Terus untuk aktivitas-aktivitas nya pun kita juga harus mau tidak mau harus mengenal anak itu kan. Kita merubah, mentransformasi diri kita menjadi orang tua yang humanis. Yang humanis itu yang artinya kita mau mengenal anak dan kita punya kemampuan untuk mengenal anak.

Jerry Arvino: Itu dia itu kalau misalnya berarti Bapak dan Ibu ternyata kalau misalnya ingin menjadi orang tua yang memiliki alternatif sebagai sahabat belajar anak itu nggak melulu belajar pelajaran begitu ya, tapi juga belajar tentang bagaimana bisa membangun interaksi yang baik dengan anak.

Margareta Ari Widowati:  Betul banget. Nanti deh Mas Jerry kalo udah punya anak ngerasain, ya.

Jerry Arvino:  Saya dapat bocorannya sekarang.

Margareta Ari Widowati: Tapi yang menarik gini, ya. Ngomong sama anak itu jangan cuma ngomongin pelajaran. Ngomongin yang enteng-enteng juga nggak apa-apa gitu ya. Misalnya saya lagi baca koran, teru–eh, anak-anak sekarang udah nggak baca koran, ya. Mereka bacanya pakai…

Jerry Arvino:  Berita.

Margareta Ari Widowati:  Digital ya. Tapi saya masih baca koran. Nanti begitu ada berita, saya ‘eh Mas, ini ada berita bagus nih, ini kasihan ya ada bencana di sini. Jadi anak itu…

Jerry Arvino: Diskusi ya Bu, ya?

Margareta Ari Widowati:  Diskusi. Nggak usah nanya, ‘eh tadi kamu sekolahnya gimana?’. Mereka kadang-kadang merasa intimidatif tuh kalau yang kaya gitu. Jadi lebih suka mereka ditanyain atau kita cari pembicaraan. Saya kira kalau mendidik anak itu kayaknya di mana aja, mau usia apa aja aja. Kalau saya berpendapat komunikasi itu jalan utama. Komunikasi bukan cuma komunikasi ngomong ya. Tadi Mas Banu bilang udah kasih contoh gendong. Saya udah nggak kuat gendong, sih.

Jerry Arvino:  Dan dia nggak mau digendong pasti, anak Ibu nggak mau.

Margareta Ari Widowati:  Pastinya. Tapi artinya, artinya anak perlu both verbal and non-verbal. Dan kadang nggak terucap. Nggak terucap. Kadang-kadang anak tuh pengen ngomong tapi nggak tahu caranya gimana. Kaya anak saya remaja nggak seneng kan kalau dekat-dekat sama Mamanya, tapi saya percaya bahwa mereka butuh kita. Mereka butuh dibimbing cuma nggak tahu caranya. Jadi kita yang jadi orang tua ya ngalahlah udah ya kita yang ini ya toh memang anak itu kan tanggung jawab yang diberikan Tuhan kepada kita.

Jerry Arvino:  Betul

Margareta Ari Widowati: Jadi, ya sudah selayaknya dan sewajarnya kalau kita yang proaktif.

Jerry Arvino: Jadi dengan gaya komunikasi mereka ya disesuaikan ya Pak ya pasti ya.

FX Banu Resiyawan: Betul. Jadi memang orang tua itu harus punya, katakanlah kepekaan. Kepekaan terhadap apa yang dirasakan anak. Sebagai contoh kalau di rumah, biasanya saya itu ya mungkin mencari-cari perhatian gitu kan, ketika berhasil melakukan sesuatu, membuat-apa namanya-menara dari Lego itu.

Jerry Arvino: Papa gitu ya?

FX Banu Resiyawan: Iya seperti itu. Itu biasanya saya berikan semacam pujian. Pujiannya, orang dewasa pun diberi pujian senang apa lagi anak-anak, gitu kan. Setidaknya tepuk tangan, hebat, itu dia sudah merasakan apa ya pride-nya untuk diri dia sendiri gitu.

Jerry Arvino: Tadi udah seru sekali Bu ngomong soal orang tua dan anak. Bagaimana orang tua menjadi sahabat belajar anak, gitu ya. Tapi kalau di Tanoto Foundation sendiri ada nggak sih sebenarnya program untuk membantu orang tua?

Margareta Ari Widowati: Di Tanoto Foundation, semua programnya itu menyentuh semua level kehidupan manusia. Tadi saya sudah sempat singgung sedikit, kita punya program anak usia dini, kita punya program untuk anak-anak yang masih di pendidikan dasar SD ya, SMP. Kemudian ada juga program bagi mereka yang siap untuk berkarya. Program Teladan namanya atau yang pendidikan dasar namanya PINTAR, yang hari ini Pojok Pintar ini dengan program pendidikan dasar dan program pendidikan anak usia dini atau program SIGAP. Nah, kalau program PINTAR kita kan–sesuai dengan namanya-Pengembangan INovasi untuk peningkaTan kualitAs belajaR. Nah, ini kita memang fokusnya bagaimana kita bisa membantu: (1) orang tua (2) kepala sekolah (3) guru, dan pemerintah setempat untuk bisa meningkatkan kualitas pendidikan. Nah, menariknya pandemi ini justru mendorong Tanoto Foundation untuk lebih intensif lagi meningkatkan baik menunya, baik cara-caranya untuk bisa menolong orang tua untuk bersama-sama dengan anak melewati masa pandemi ini. Kapan orang tua sempat silahkan mengakses informasi yang ada di Tanoto Foundation. Tanoto Foundation adalah organisasi yang dinamis, ya. Dulu waktu sebelum pandemi, kita dorong orang tua untuk aktif mendukung upaya meningkatkan hasil belajar anak, ya, prestasi anak gitu ya, dengan aktif di sekolah, ya. Terlibat, kadang-kadang ada orang tua mengajar, atau orang tua bersama dengan anak ekskul gitu ya.

Jerry Arvino:  Dilibatkan langsung Bu, ya?

Margareta Ari Widowati: Dilibatkan langsung. Nah, sekarang memang karena kondisinya seperti ini, kita berubah juga. Sekarang bagaimana orang tua bisa mendukung anak belajar di rumah.

Jerry Arvino:  Ya, itu dia. Karena Tanoto Foundation pasti mengerti ya yang menjadi problem gitu apalagi sekarang harus beradaptasi dengan situasi, gitu kan. Jadi biar lebih, kalau kata anak sekarang relate, gitu ya. Lebih relevan dan ini sesama orang tua nih disediakanlah program-program untuk bisa membantu. Karena tadi seperti yang Bapak bilang ‘nggak ada sekolahnya jadi orang tua’ gitu ya. Tapi dengan pengalaman yang sudah sekian lama berkecimpung di dunia pendidikan pastinya Tanoto Foundation mengerti bagaimana untuk memberikan program yang sesuai dengan kebutuhan orang tua, ya.

FX Banu Resiyawan: Ya, betul.

Jerry Arvino:  Kalau untuk merangkum nih, Bu, untuk terakhir. Adakah saran untuk T-Parents, untuk orang tua, untuk benar-benar bisa memiliki peran serta aktif menjadi sahabat belajar anak?

Margareta Ari Widowati: Pengalaman saya aja, ya. Komunikasi ya, nggak ada lagi. Tadi udah tadi, komunikasi. Sering-sering ngobrol sama anak dan sering-sering kunjungi website-nya Tanoto Foundation.

Jerry Arvino:  Biar tahu, ya. Dan pastinya tadi Ibu juga sudah menyampaikan gitu untuk bisa lebih kreatif, untuk bisa lebih terlibat langsung juga dengan aktivitas anak, ya. Dan kalau untuk Pak Banu mungkin dengan anak yang mungkin untuk T-Parents yang anaknya lebih kecil gitu ya. Kalau Ibu Ari kan tadi remaja gitu ya. Nah, Kalau untuk Pak Banu pasti sedikit beda treatment-nya, Pak. Mungkin ada tips and triknya, atau ada saran dari cerita Bapak?

FX Banu Resiyawan: Iya, yang pertama kita harus, sebagi orang tua harus menyadari bahwa anak itu adalah pemberian dari Tuhan, gitu ya. Jadi kita sebagai orang tua harus bertanggung jawab kepada apa yang telah dititipkan kepada kita, ya kan? Belum tentu semua orang tua bisa memiliki anak, tapi kita memiliki anak maka kita harus benar-benar bertanggung jawab kepada apa yang sudah diberikan kepada Tuhan. Caranya bagaimana? Harus dekat dengan anak. Dekat dengan anak, punya waktu, gitu kan. Secapek-capeknya kita bekerja harus meluangkan waktu. Sejauh-jauhnya kita bekerja harus meluangkan waktu pada anak. Bisa melalui video call, itu sangat membantu sekali, gitu ya.

Margareta Ari Widowati: Manfaatkan waktu bersama dengan anak.

FX Banu Resiyawan:  Momen, betul.

Margareta Ari Widowati:  Momennya bersama dengan anak.

Jerry Arvino:  Saya jadi pengen langsung meluk orang tua saya, nih. Langsung kepikiran ‘wah, jangan-jangan saya selama ini malu.’ Padahal bukan itu maksudnya, ya. Dan tidak terasa sudah sampai di penghujung acara, terima kasih banyak untuk Pak Banu, terima kasih Ibu Ari waktunya.

FX Banu Resiyawan: Sama-sama.

Margareta Ari Widowati:  Sama-sama, senang bisa ngobrol.

Jerry Arvino:  Senang sekali untuk bisa ngobrol, untuk bisa berbagi cerita yang mungkin bisa saja bermanfaat ya dan juga relevan sekali dengan T-Parents yang sedang menyaksikan. Dan untuk T-Parents, terima kasih sudah menyaksikan Pojok Pintar: Orang Tua Sahabat Belajar Anak. Yang jelas Pojok Pintar akan terus datang, terus hadir untuk berbagi cerita, untuk terus bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan permasalahan yang dihadapi oleh T-Parents dan sampai jumpa di pertemuan Pojok Pintar berikutnya!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

For security, use of Google's reCAPTCHA service is required which is subject to the Google Privacy Policy and Terms of Use.