Kamis, 4 April 2019

Inspirasi dari Lusi Ambarani: Belajar Pecahan Matematika dengan Donat

Program PINTAR (Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran) Tanoto Foundation selalu  mendorong kreativitas guru dalam pembelajaran di kelas. Diharapkan, murid lebih aktif, dan mudah menerima materi pelajaran.

PINTAR merupakan program yang diinisiasi Tanoto Foundation meningkatkan pendidikan dasar di Indonesia dengan memperbaiki kualitas pembelajaran dan kepemimpinan sekolah. Dalam PINTAR, guru dilatih untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan membuat pelajaran lebih menarik bagi murid.

Hal ini diterapkan oleh Lusi Ambarani, guru kelas II Madrasah Nahdlatul Ulama Balikpapan, Kalimantan Timur. Ia mengajar pecahan dalam pelajaran matematika dengan memakai media kue yang digemari anak-anak: kue donat.

“Kebanyakan murid takut dengan matematika. Ini adalah salah satu cara saya agar murid menjadi senang belajar matematika,” ujar Lusi Ambarani.

Lusi Ambarani merupakah salah satu guru yang telah mendapat pelatihan dalam program PINTAR. Dalam pelatihan tersebut, guru diajak untuk mengembangkan unsur MIKiR (Mengalami, Interaksi, Komunikasi dan Refleksi). Artinya, murid di kelas diajak untuk mengalami dengan cara melakukan percobaan, membuat sesuatu dan mengamati langsung objek yang dipelajari.

Lalu bagaimana belajar pecahan dengan menggunakan kue donat? Pertama, Lusi mengajak murid-muridnya mengamati kertas biru yang dia modelkan sebagai donat. Lusi bertanya jika ia memiliki donat yang harus dibagi adil pada salah satu siswa, maka apa yang harus ia lakukan? Para siswa  menjawab donat tersebut harus dibagi dua.

Setelah itu, Lusi menempelkan kertas biru tersebut di papan tulis dan meminta siswa menentukan berapa besar jadinya dari salah satu bagian donat tersebut. Para siswa langsung menjawab setengah bagian. Lusi kemudian menuliskan angka  ½ di papan tulis dan mengajarkan bahwa yang di atas disebut pembilang dan yang di bawah disebut penyebut dalam sebuah pecahan.

Selanjutnya Lusi  mengajukan pertanyaan-pertanyaan lain yang mengarahkan murid mengerti 1/4, 1/5 dan seterusnya.  Misalnya dengan pertanyaan “Ibu punya selembar kertas berbentuk lingkaran dan mau dibagi 4 sama rata? Berapakah nilai masing-masing kertas yang telah dibagi empat?”

Setelah murid mengerti konsepnya, mereka dibagi menjadi lima kelompok. Kali ini Lusi benar-benar memberikan mereka kue donat dan pemotongnya. Masing-masing kelompok diberi tugas membagi donat berdasarkan angka pecahan yang ia berikan. Tiap kelompok mendapatkan angka yang berbeda-beda, misalnya 1/7, 1/8, 1/9 dan seterusnya.

Di sinilah waktu yang amat menyenangkan, para murid memotong-motong kue donat yang diberikan sesuai angka pecahan yang diberikan. Mereka sangat antusias.

Di akhir kegiatan, Lusi mengajak murid-muridnya saling mengunjungi hasil kerja kelompok. Para murid deiberi kesempatan mengoreksi pekerjaan  kelompok lainnya. Dengan saling berkunjung seperti ini, murid diajak bermain sambil memahami apa yang ia kerjakan dan dikerjakan temannya.

“Mereka gembira sekali mengunjungi hasil karya teman-temannya. Apalagi setelah itu, kue kue yang dijadikan media belajar dimakan bersama-sama, mereka begitu gembira,” cerita Lusi tentang murid-muridnya.

Comments