Senin, 2 Desember 2024

Inspirasi dari Dua Kepala SD di Karo, Inovasi Jadi Kunci Tingkatkan Semangat dan Prestasi Sekolah

Dunia pendidikan di Indonesia masih menghadapai sejumlah tantangan. Mulai dari rendahnya kompetensi guru, turunnya antusiasme siswa terhadap pembelajaran, sampai masih ditemukan masalah sarana fisik yang belum layak.

Guru dan tenaga kependidikan harus melakukan inovasi dan mencari solusi untuk mengatasi segala keterbatasan itu. Langkah itulah yang ditempuh dua kepala sekolah dari Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Serma Ulipa Simbolon dan Viadya Stella Tololiu.

Saat pertama kali ditugaskan untuk memimpin SDN 040470 Linggajulu, Simpang Empat, Karo, setahun lalu, Serma kaget ketika melihat kondisi sekolah itu. Kondisinya sungguh memprihatinkan dan tidak terawat. Gedungnya kusam karena puluhan tahun tidak dicat. Pintu-pintu dan gemboknya rusak. Sarang lebah bahkan ditemukan di ruang kantor. Hal paling menyedihkan, tidak tersedia akses air bersih untuk keperluan di kamar mandi.

“Jadi kami BAB (buang air besar) menumpang di rumah warga atau ditahan sampai rumah. Anak-anak buang air kecil di mana-mana. Jadi kalau siang menguap bau tidak enak. Pembelajaran jadi kurang nyaman,” papar Serma, Jumat (29/11/2024).

Bukan hanya itu, waktu itu SDN Linggajulu juga menghadapi masalah krusial. Kompetensi guru-guru di sekolah itu rendah. Menurut Serma, kondisi ini terjadi di berbagai aspek, mulai dari kepribadian hingga kemampuan pedagogi. “Guru-guru mengajar secara konvensional, bahkan cenderung apatis,” ujarnya.

Akibatnya, warga sekitar enggan menyekolahkan anak-anaknya ke SDN Linggajulu. Mereka memilih sekolah di desa atau kecamatan lain yang lokasinya lebih jauh. Alhasil, siswa SDN Linggajulu hanya 90 anak untuk kelas 1-6.

Pada 2018, warga bahkan melakukan demontrasi karena sekolah itu tak kunjung meningkatkan kualitasnya.  “Masyarakat kurang beminat menyekolahkan anaknya di sini karena mutu sekolah ini rendah dari dulu,” tutur Serma.

Inovasi Sosial

Saat ditugaskan di sekolah ini, Serma pun mengidentifikasi segala persoalan ini. Menurutnya, faktor utama kondisi ini adalah faktor kepemimpinan. Ia pun mencetuskan inovasi sosial yang mengolaborasikan sekolah dan pihak desa. Misalnya, meski tidak ada akses air bersih, tak jauh dari sekolah itu rupaya ada sumur bor.

“Kami pun melakukan pendekatan ke perangkat desa dan mengikuti Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan). Saya sampaikan aspirasi dan harapan bahwa sekolah ini milik Desa Linggajulu dan menjadi tempat pendidikan generasi masa depan dan anak-anak kita. Jadi kita kita harus bekerja sama untuk meningkatkan mutu sekolah,” tuturnya penuh semangat.

Paparan Serma rupanya pun menyentuh perangkat desa dan warga. Mereka bergotong royong menyumbangkan air sumur ke sekolah bahkan membuat saluran perpipaan. Kondisi sekolah yang sering rusak dan kotor juga dilaporkan.

Ternyata itu ulah pemuda setempat yang sering nongkrong di sana. Laporan Serma pun ditindaklanjuti. Perangkat desa pun menghentikan ulah para pemuda itu dan memberi jaminan ke pihak sekolah.   “Jadi sejak itu sekolah mulai nyaman.  Tenyata faktor kepemimpinan berpengaruh besar,” kata Serma yang baru menjadi kepsek untuk pertama kali ini.

Setelah masalah sarana dan kenyamanan pembelajaran teratasi, Serma kemudian mencurahkan perhatian pada peningkatan kompetensi guru. Inovasi Serma adalah menciptakan komunitas di antara para guru SDN Linggajulu untuk belajar bersama. Namanya Sabar, singkatan dari Sabtu Belajar karena diadakan di luar jam sekolah di hari Sabtu.

Guru-guru kumpul di sekolah untuk berdiskusi dan sharing tentang masalah mereka dalam mengajar, lantas dicari solusi upaya untuk mengatasinya. Pengalaman Serma mengikuti program pelatihan PINTAR oleh Tanoto Foundation pada 2018 menjadi bekal berharga. Materi yang diperoleh Serma telah diterapkan saat ia mengajar di SDN 040460 Brastagi dan terbukti mendongkrak kreativitas guru dan antusiasme siswa dalam belajar.

“Saya ceritakan apa yang dulu saya terapkan tentang pembelajaran aktif. Karena dokumentasi, foto, dan video masih ada saya bagikan. Matari-materi PINTAR ini juga saya sebarkan ke guru-guru dan sekolah lain karena sesuai untuk mengembangkan paradigma baru pembelajaran. Materi PINTAR ini sangat praktis untuk diterapkan,” paparnya.

 

Adapun juara 2 dari Provinsi Sumut yang diraih Kepala SD Filadelfia School, Karo, Viadya Stella Tololiu, juga tak kalah inovatif. Melalui inovasi “Penguatan Ekosistem Pembelajaran dengan Gamifikasi Berbasis Lingkungan Sekitar”, Viadya mengadopsi model-model permainan yang digemari anak-anak untuk mendongkrak semangat siswa dalam pembelajaran.

“Fokusnya guru-guru menciptakan pembelajaran berbasis gamifikasi yang menggunakan metode permainan. Jadi pembelajaran seperti kompetisi atau permainan di mana peserta didikan akan mendapat skor atau melalui level-level tertentu,” ujar guru yang juga mengikuti program pelatihan PINTAR dari Tanoto Foundation pada 2020-2021 ini.

Model permainan itu pun bervariasi. Sebagai contoh, Viadya membuat pemainan pencarian harta karun dengan pertanyaan-pertanyaan sesuai bidang studi dengan tingkatan-tingkatan berbeda. Jika bisa menjawab pertanyaan tersebut, misalnya perkalian untuk matematika, mereka akan diarahkan ke level berikutnya dengan pertanyaan yang lebih sulit. Begitu seterusnya hingga akhirnya mereka menemukan harta karun itu.

“Ini membuat anak-anak aktif dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Kami lihat dan hasilnya pada 2024 ini rapor peserta didikn mengalami kenaikan signifikanm” ujarnya.

Viadya menjelaskan saat ini tantangan yang dihadapi para guru tak hanya materi pembelajaran itu sendiri, melainkan harus bersaing dengan media sosial seperti Youtube dan Tiktok. “Anak-anak jadi cepat bosan di sekolah. Kalau tidak berubah metode pembelajarannya, anak-anak tidak tertarik,” katanya.

Program PINTAR yang Inspiratif

Kepala SD Filadelfia School, Karo, Viadya Stella Tololiu

Pelatihan PINTAR dari Tanoto Foundation membuat guru tak monoton mengajar dan membuat siswa makin aktif. Kondisi ini kemudian menjadi pembiasaan di kelas. “Anak didik sekarang terlihat makin antusias kalau kita bawakan sumber belajar dari lingkungan sekitar, pengamatan di luar kelas dan lingkungan sekelilingnya. Anak jadi semangat dan guru makin kreatif. Anak-anak yang dulu tidak PD sekarang berani ikut lomba-lomba dan mendapat prestasi,” kata Serma.

Selain itu, Serma juga memberi motivasi dan mendorong para guru SDN Linggajulu mengikuti  berbagai kegiatan dan workshop untuk menambah pengalaman dan ilmu.

“Inovasi Kepemimpinan Pembelajaran ini perlahan mengubah pandangan masyarakat ke SDN Linggajulu. Mengubah pandangan dari negative ke positif ini tidak cepat prosesnya. Hampir setahun baru pola pikir berubah,” katanya.

“Inovasi Kepemimpinan Pembelajaran” menjadi tajuk inovasi Serma dan mengantarkannya sebagai juara 1 Kepala Sekolah Inovatif tingkat Provinsi Sumatera Utara untuk program Jambore Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Hebat. Kompetisi ini digelar Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah untuk menyambut Hari Guru Nasional 2024.

“Juara 1 tiap provinsi diundang ke Jakarta untuk mengikuti penganugerahan dan dipilih 5 inovasi favorit. Semoga masuk ya,” kata Serma yang telah berada di Jakarta.

Sementara itu Viadya terinsprasi untuk menciptakan metode permainan ini saat mengikuti program pelatihan PINTAR dari Tanoto Foundation. “Saat itu gamifikasi untuk pelatihan daring bagi guru dan kepsek di masa pandemi. Saya rasa kalau dibuat untuk anak-anak akan lebih seru karena pastinya mereka senang bermain game seperti Mobile Legend dan lain-lainnya,” kata dia.

Sejak itu, Viadnya menduplikasi metode gamifikasi dalam pelatihan Tanoto Foundation untuk diterapkan dalam pembelajaran 170 siswa di SD Philadelpia School. “Tantangannya guru harus terus kreatif dalam membuat pembelajaran sambil bermain. Ke depannya kami akan terus kembangkan metode ini,” kata Viadya yang telah menjabat sebagai kepsek di sekolah tersebut selama 9 tahun.

Program PINTAR Tanoto Foundation (Pengembangan INovasi untuk kualiTas pembelajARan) dari Tanoto Foundation bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dasar di Indonesia dengan memperbaiki kualitas dan kemampuan guru, meningkatkan kualitas kepemimpinan dan management kepala sekolah, hingga membantu pemerintah daerah dalam menciptakan kebijakan yang mendukung peningkatan kualitas pembelajaran melalui bantuan teknis kepada pemerintah.

***

Tentang Tanoto Foundation

Tanoto Foundation merupakan lembaga filantropi independen di bidang pendidikan yang didirikan oleh Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto pada tahun 1981 berdasarkan keyakinan bahwa setiap orang harus memiliki kesempatan untuk mewujudkan potensi mereka sepenuhnya. Program-program Tanoto Foundation didasarkan pada keyakinan bahwa pendidikan yang bermutu akan mempercepat pemerataan kesempatan. Kami berupaya untuk membuka potensi dan meningkatkan kehidupan masyarakat melalui pendidikan yang bermutu, dari usia dini hingga usia produktif. Tiga pilar komitmen Tanoto Foundation adalah meningkatkan lingkungan belajar, mengembangkan pemimpin masa depan, dan memfasilitasi penelitian medis.

 

Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:

Tim Komunikasi Tanoto Foundation

Email: communications@tanotofoundation.org

Situs web: www.tanotofoundation.org

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

For security, use of Google's reCAPTCHA service is required which is subject to the Google Privacy Policy and Terms of Use.