Rabu, 18 Agustus 2021

Bincang Inspiratif dengan Happy Salma: Mawas Diri, Lingkungan Pendukung Kunci untuk Orang Tua Dampingi Anak Belajar

Selama pandemi, peran orang tua untuk mendampingi anak belajar di rumah menjadi lebih penting dari sebelumnya. Orang tua yang bekerja tidak hanya memerlukan adaptasi tapi juga pola pikir dan strategi baru.

Belajar di rumah menghadirkan berbagai tantangan untuk baik anak dan orang tua, khususnya mengenai pengaturan pemakaian gawai (screen time). Ketika hampir semua aktivitas telah berpindah ke dunia daring, orang tua dan anak harus bernegosiasi soal pemakaian gawai untuk menjaga perkembangan anak dan di saat yang sama juga membantu mereka tetap bersosialisasi meski terpisah jarak.

Dalam episode Bincang Inspiratif ini, host Andrea Lee berbincang dengan Happy Salma, seorang aktris dan ibu dua anak, yang membagikan pengalamannya dalam mendampingi anak belajar sambil bekerja.

Episode ini membahas tentang:
1. Tips damping anak belajar di rumah
2. Pentingnya lingkungan pendukung
3. Mawas diri sebagai kunci ikatan emosional yang erat dengan anak

 

Dampingi Anak Belajar di Rumah

Meskipun pandemi terasa sulit untuk semua orang, anak mungkin mengalami kesulitan lebih karena pemahaman yang masih terbatas dan kurangnya aktivitas sosial dan kegiatan fisik di rumah.

Happy Salma menganjurkan orang tua untuk lebih sadar dan fleksibel saat mendampingi anak belajar di rumah. Misalnya, orang tua dengan anak yang lebih aktif sebaiknya tidak memaksa anak untuk terus duduk diam selama jam sekolah. Memperbolehkan anak bergerak, selama kelas atau di sela-sela jam pelajaran, bisa membantu mereka mencerna pelajaran dan bukannya merasa bosan.

Sebagai teman anak belajar, orang tua juga sebaiknya membantu anak meninjau materi yang telah dipelajari hari itu. Happy bercerita bahwa dia selalu meminta anak untuk menceritakan ulang pelajaran setiap hari. Bukan cuma membantu anak mengingat pelajaran, ini juga bisa membantu orang tua mengetahui apa saja yang sudah dipelajari sehingga nantinya bisa membantu anak.

Dalam survey yang dilakukan oleh Tanoto Foundation di tahun 2020, orang tua mengakui kekurangan rasa sabar dan kemampuan untuk mendampingi anak belajar. Dari 1.712 orang tua yang berpartisipasi dalam survey, 56% orang tua yang memiliki anak usia SD mengakui kurang kesabaran dan jenuh ketika menangani kemampuan dan konsentrasi anak saat pembelajaran jarak jauh, sebagaimana juga diarasakan oleh 34% orang tua dengan anak usia SMP. Survey yang sama juga menemukan bahwa orang tua mengalami kesulitan dalam memahami dan menjelaskan pelajaran ke anak.

“Ketika anak belajar, kita sebagai orang tua juga sebaiknya ikut belajar,” kata Happy.

 

Pentingnya Lingkungan Pendukung

Dengan bertambahnya waktu yang anak habiskan di rumah, orang tua perlu membuat aturan bersama dan memberitahukan aturan ini dengan pengasuh yang lain.

Contohnya, dalam membuat aturan mengenai penggunaan gawai dan pengaturan diet anak, asisten rumah tangga dan kakek-nenek juga bertanggung jawab untuk mengikuti aturan ini. Jika tidak, anak akan kebingungan dan kedisiplinan yang orang tua harapkan akan sulit terbentuk.

Hal yang sama berlaku untuk jadwal harian anak. Meskipun sekarang perbedaan jam belajar, bermain, dan beristirahat menjadi kabur karena tidak adanya perbedaan tempat untuk aktivitas masing-masing, orang tua dan pengasuh sebaiknya mengikuti satu jadwal yang sama untuk anak.

“Anak-anak butuh struktur. Titik. Dan apa yang kita harus lakukan, secepat mungkin, adalah membuat struktur baru supaya kita semua bisa melalui hari,” kata dr. Lisa Damour dalam wawancara dengan Badan Kesehatan Dunia (WHO). dr. Lisa menyarankan orang tua untuk membuat jadwal harian untuk anak dan mengajak anak yang sudah lebih besar seperti usia SMP untuk ikut dalam perencanaan.

Orang tua juga sebaiknya mendukung orang tua lain, bukannya saling mengkritik metode atau gaya pengasuhan orang lain – seperti yang sering terjadi di media sosial.

“Kita seharusnya bergandengan tangan dan bukannya saling menjatuhkan,” kata Happy Salma. “Tidak ada satu teori yang paling benar dalam hal pengasuhan.”

 

Mempererat Ikatan Emosional

Walau banyak tantangan dalam mendampingi anak belajar, Happy berkata bahwa situasi selama pandemi menghadirkan kesempatan untuk mempererat ikatan emosional (emotional bond) antara orang tua dan anak.

“Dulu kita bisa menyerahkan tanggung jawab kepada guru, tapi saat ini kita mendapatkan kesempatan untuk bonding yang lebih erat dengan anak,” kata Happy. “Ini mungkin sulit, tapi kesempatan untuk mendidik anak itu tidak datang dua kali. Kita harus berterima kasih dengan mengapresiasi dan sebisa mungkin menjaga titipan Tuhan ini.”

Menurut Happy, menciptakan ikatan emosional yang lebih erat dengan anak dimulai dengan sifat mawas diri dan keterbukaan dari orang tua.

Pertama, orang tua sebaiknya ikut menjelaskan soal kegiatan dan pekerjaan pada anak. “Kita tidak bisa selalu ada untuk anak karena pekerjaan atau kegiatan lain. Saya selalu bercerita pada anak soal pekerjaan saya, supaya mereka mengerti kenapa kadang saya tidak ada untuk mereka,” kata Happy.

Kedua, sempatkan untuk melakukan refleksi pribadi untuk dapat lebih mawas diri, terutama mengenai nilai yang ingin kita ajarkan pada anak. Kita harus menjadi contoh. “Misalkan, kalau kita ingin anak untuk tidak terus menerus menggunakan gawai, kita juga harus bertanya pada diri sendiri apakah kita juga sedikit kecanduan pada gadget. Apakah kita juga sebentar-sebentar mengecek ponsel? Apa kita sibuk di media sosial sehingga tidak bisa benar-benar hadir ketika seharusnya kita bisa memiliki waktu berkualitas dengan anak?” kata Happy.

Terakhir, orang tua jangan merasa malu untuk meminta maaf dan mengakui jika melakukan kesalahan. “Kita belajar menjadi orang tua saat mengasuh anak. Tidak ada yang salah dengan meminta maaf dan mengakui jika kita berbuat salah. Ketika kita membuka hati kita, anak-anak juga akan mengerti kita dengan lebih baik,” katanya.

Dengarkan perbincangan lebih lengkap di Instagram @tanotoeducation.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Tanoto Foundation (@tanotoeducation)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

For security, use of Google's reCAPTCHA service is required which is subject to the Google Privacy Policy and Terms of Use.