Senin, 31 Juli 2017

Belajar dengan Permainan Kreatif

Kiswanto berdiri di depan kelas dan bertanya kepada Muhammad Aldiansah, salah satu muridnya, berapa kali roda mobil mainannya berputar dari rumah ke sekolah. Muridnya tersebut menjawab roda mainannya berputar 220 kali dan jarak rumah dari rumah ke sekolahnya adalah 110 meter.

Muhammad kemudian menjelaskan bahwa angka 110 meter tersebut didapat dari 220 putaran roda dikalikan keliling roda mobil mainannya yaitu 50 cm. Itulah cara Kiswanto menjelaskan pelajaran eksakta yang selama ini terkenal sulit, agar menjadi lebih mudah.

Anak-anak terlihat menikmati permainan Othok-othok, permainan sederhana beroda dua yang mengeluarkan bunyi tok-tok setiap putaran roda. Sambil tertawa ceria, mereka juga diajak berdialog, mulai dari menghitung jarak, kecepatan, hingga waktu tempuh. Dengan cara itulah, Kiswanto berhasil mengubah hitungan yang dianggap sulit jadi lebih mudah diterima.

Kiswanto adalah guru kelas VI SDN 169/V Cinta Damai, Kecamatan Renah Mendaluh, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi. Kiswanto terinpirasi menciptakan permainan edukatif tersebut setelah mengikuti Pelatihan Pustaka Guru Mandiri dari Tanoto Foundation. Pelatihan tersebut memberikan tips kreatif membuat alat edukasi yang menarik dan menyenangkan bagi para murid.

“Tahun 2011 ketika saya datang di SDN 169/V Cinta Damai, saya berasa mengajar di dalam sebuah bis. Anak-anak duduk rapi menghadap ke depan semua dengan wajah tegang. Seakan akan mereka takut dan tidak nyaman mengikuti pelajaran,” kata Kiswanto.

Ia merasa beruntung pernah mengikuti Pelatihan Pelita Guru Mandiri dari Tanoto Foundation. Banyak ilmu yang dia dapat dari pelatihan Tanoto Foundation. Tak hanya bermanfaat untuk menghidupkan proses belajar mengajar di kelas, Kiswanto bahkan berhasil meraih penghargaan sebagai Guru Favorit di Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

Tahun 2014, sebuah media massa di Jambi mengadakan pemilihan Guru Favorit dan Kiswanto mendaftarkan diri. Dia pun harus mengikuti proses seleksi portofolio dan membuat karya ilmiah. Saat itu dia menulis materi pemanfaatan ubin untuk mendukung pembelajaran matematika.

Setelah melalui berbagai seleksi, dirinya berhasil menjadi pemenang dan mendapatkan hadiah studi banding ke sekolah di Singapura, Malaysia, dan Thailand.

Cara Kiswanto dalam memanfaatkan media pembelajaran kreatif mulai dari ubin hingga Othok-othok patut diacungi jempol. Murid – murid merasa senang dan nyaman dengan pendekat an belajar mengajar informal yang diterapkan Kiswanto. Hebatnya lagi, alat peraga tersebut terbuat dari barang-barang yang sangat murah. Untuk mainan Othok-othok misalnya, murid-muridnya menggunakan tutup kaleng bekas dan kardus.

Ide yang dicetuskan oleh Kiswanto pun banyak didukung oleh orangtua murid. Selain murah, pembuatan alat peraga pelajaran yang dilakukan sendiri oleh murid juga bisa mengasah perkembangan motorik dan kreativitas mereka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

For security, use of Google's reCAPTCHA service is required which is subject to the Google Privacy Policy and Terms of Use.

Comments