Bagaimana Pendongeng Awam Prakoso Bersaing dengan Media Sosial
Pendongeng terkenal Awam Prakoso berbincang dengan host Ivy Batuta tentang pengalamannya selama 25 tahun sebagai pendongeng. Awam secara tidak sengaja memulai kariernya pada tahun 1999 di terminal bus setelah kehilangan pekerjaannya di bank swasta selama krisis finansial di Indonesia.
“Waktu itu saya berada di terminal bus yang sangat ramai sebelum Idul Fitri. Ratusan orang tua bersama anak-anak mereka merasa bosan karena harus menunggu berjam-jam untuk kedatangan bus. Teman-teman saya menyarankan agar saya memamerkan kemampuan saya menirukan banyak suara. Anak-anak menyukai pertunjukan saya. Setelah itu, saya menjadi pendongeng profesional.”
Awam membagi cerita dongeng menjadi tiga jenis. Pertama, dongeng yang berkaitan dengan pengasuhan anak; Kedua, dongeng klasik yang sering digunakan oleh guru kepada murid-murid di taman kanak-kanak dan sekolah dasar; Ketiga, dongeng untuk tujuan hiburan di atas panggung dengan audiens yang lebih besar.
“Anak-anak sering gagal untuk patuh, tapi jarang gagal untuk meniru. Sampaikan informasi atau kebijaksanaan kepada anak-anak dengan cara yang menghibur. Mereka akan mengingatnya lebih lama daripada nasihat dari guru atau orang tua,” kata Awam berbagi pengalamannya.
Literasi bukan hanya tentang menulis dan membaca, tetapi juga mendorong anak-anak untuk mendengarkan, memproses, dan mempraktikkan apa yang mereka pelajari dari dongeng. Kemudian mereka membagikan pengalaman baru mereka kepada teman-teman dan bahkan keluarga mereka.
Salah satu contoh literasi yang baik adalah pengalaman anak-anak bepergian dengan pesawat terbang. Mereka akan berbagi pengalaman mereka dengan teman-teman yang belum pernah menggunakan transportasi udara.
Dongeng adalah piknik imajinasi yang kuat bagi anak-anak. Mereka tidak hanya belajar literasi tetapi juga memungkinkan mereka untuk menceritakan kembali cerita yang mereka dengar dengan lebih artikulatif. Kami mengembangkan gaya bercerita baru dengan menyesuaikan diri dengan berbagai sumber daya alam. Bercerita mengadopsi budaya dan kearifan lokal. Kita memiliki budaya bercerita yang kuat. Kita hanya perlu menyesuaikannya dengan tradisi lokal.
Pendongeng juga berperan sebagai influencer di platform media sosial dan sekolah-sekolah lokal. Pemerintah daerah sering mengundang kami untuk berkolaborasi di sekolah-sekolah.
Apakah Anda merasa tersisihkan oleh hadirnya media sosial yang masif? Dan bagaimana Anda menghadapi tantangan baru dalam bisnis Anda?
Tidak semua anak memiliki akses mudah ke media sosial karena usia mereka. Maka, kami menyediakan konten sesuai dengan usia dan kebutuhan pendidikan mereka. Apakah profesinya bisa bertahan di tengah kehadiran media sosial yang masif?
Ia tidak pernah merasa tersaingi oleh platform media sosial. “Kami tetap kompetitif dalam menciptakan konten untuk kelompok bermain, taman kanak-kanak, dan sekolah dasar. Kami mengambil manfaat dari digitalisasi. Jadi, kami tidak pernah menolak kehadiran mereka. Kami harus lebih cerdas dengan menjadi kreator konten. Banyak dari konten saya yang viral dan meningkatkan jumlah pengikut saya. Anak-anak sangat menyukai konten saya.”
Pada tahun 2009, Awam mengembangkan Kampung Dongeng, dan bersama rekan-rekan serta aktivis lainnya, ia mengembangkan berbagai program, termasuk pelatihan di masyarakat. Sekarang, Indonesia memiliki lebih dari 550 pendongeng. Komunitas ini kini memiliki 200 cabang di 27 provinsi di seluruh negeri. Kegiatan mendongeng masih memainkan peran penting dalam menghibur dan mendidik anak-anak.
Apa yang ia lakukan untuk menarik perhatian anak-anak? Pendongeng ini sangat mahir menirukan suara berbagai hewan, seperti ayam, burung, kuda, robot, dan helikopter.
Kini, ia adalah salah satu pendongeng paling populer. Secara rutin menerima undangan dari pemerintah daerah dan lembaga-lembaga untuk tampil di sekolah-sekolah atau tempat lain, seperti pusat pengungsian.
Simak diskusi lengkapnya di sini:
Tinggalkan Balasan