Senin, 1 Maret 2021

Alat Pendeteksi Tsunami dari Mahasiswa Fakultas MIPA ITB

Nama saya Muhammad Zhafran Yudhistira, mahasiswa fakultas MIPA Institut Teknologi Bandung. Inilah cerita saya dan rekan-rekan satu tim saya dalam menciptakan alat pendeteksi tsunami. Tsunami adalah salah satu bencana alam yang menyebabkan kerusakan dan memakan korban jiwa dalam jumlah banyak seperti yang terjadi di Palu dan Aceh. Kedua kejadian tersebut tentu sangat membekas di benak banyak warga Indonesia, dan kami merasa seharusnya ada yang bisa dilakukan untuk bisa mengurangi dampak dari bencana ini di masa depan.

Di kelas, kami mempelajari banyak hal mengenai lingkungan dan bagaimana suatu fenomena 

alam dapat terjadi, kami pun belajar untuk mengukur suatu fenomena dan mempelajari dasar-dasar sensor. Berbekal perkuliahan kami di kelas mengenai metode pengukuran, dosen kami melatih seluruh mahasiswanya untuk bisa mempelajari tanda-tanda awal kejadian bencana alam seperti banjir, longsor, dan tsunami yang berguna bagi masyarakat.

Pada bulan Agustus 2020, kampus saya menginfokan bahwa kompetisi Tanoto Student Research Award kembali diadakan. Kami kemudian membentuk tim dengan saya sebagai ketua kelompok bersama Mozaki dan Yoma, dibimbing oleh dosen Mikrajuddin Abdullah. 

Di Indonesia sekarang ini, alat pendeteksi tsunaminya masih tergolong sebagai alat yang kurang efektif karena tidak bisa mendeteksi dalam waktu yang riil, tidak murah dan rentan dicuri. Berdasarkan hal ini, kami bertekad untuk membuat alat pendeteksi tsunami yang cara penggunaannya lebih optimal. Masalah yang kami hadapi adalah untuk menemukan referensi dan data-data yang tepat sebagai landasan percobaan alat kami pada awalnya, sebelum kami menemukan jurnal yang memuat data kecepatan air surut saat tragedi tsunami di Palu, Sulawesi Tengah. 

Pada proses uji coba, kami mengalami kegagalan saat mencoba alat pendeteksi buatan kami. Setelah mengalami kegagalan sebanyak tiga kali, akhirnya alat kami berhasil mendeteksi air surut dengan alat yang lebih efisien dalam penggunaan dan lebih murah untuk dibuat dengan memanfaatkan peletakan alat ini pada ketinggian yang berbeda untuk menghitung kecepatan surut air, alat ini akan memberikan informasi apabila ditemukan kecepatan ombak yang tinggi.

Karya yang berbuah dari tekad kami untuk bisa membantu Indonesia untuk bisa tanggap dalam menghadapi bencana Tsunami ini telah memenangkan kami dalam kompetisi yang membuat kami bersaing dengan kampus-kampus besar lain. Saya dan tim bersyukur karena bisa mendapatkan banyak sekali bimbingan dan pembelajaran yang bisa membuat kami sampai di sini.

Saya memetik banyak sekali pelajaran yang bermanfaat dari kompetisi TSRA National Competition yang diselengarakan oleh Tanoto Foundation, organisasi filantropi keluarga independen yang didirikan oleh Bapak Sukanto Tanoto dan Ibu Tinah Bingei Tanoto pada tahun 1981, ini. Saya juga menemukan teman-teman yang mempunyai ide-ide cemerlang pada kompetisi ini. Kami akan menjadikan karya kami ini jurnal agar alat bisa terealisasi dalam skala besar dan digunakan di masyarakat agar bisa menekan jumlah korban yang terdampak tsunami.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Comments