Cara Mendidik Anak Menjadi Mandiri
Bincang Inspiratif Live On Stage kembali hadir dengan diskusi yang penuh inspirasi. Dibuat oleh Tanoto Foundation, podcast ini menjadi wadah berbagi wawasan berharga tentang kesehatan ibu dan anak, pendidikan, beasiswa, dan tips parenting. Di episode ini, Bayu Oktara memandu percakapan dengan kreator konten Sabrina Anggraini dan psikolog anak klinis Saskhya Aulia Prima dari Universitas Indonesia.
Sabrina berbagi bahwa fokus utamanya adalah menciptakan rasa nyaman dan kepercayaan pada anaknya, Launa, sejak Launa berusia enam bulan. Dia menekankan pentingnya mengetahui kapan harus turun tangan saat Launa menangis, menyeimbangkan intervensi tanpa membuatnya terbiasa menangis berkepanjangan. Sabrina mencatat bahwa beberapa orang tua mungkin membiarkan bayinya menangis agar si anak menyadari bahwa bantuan tidak selalu datang segera, namun ia memilih pendekatan yang berbeda.
Sabrina juga membahas bagaimana ia menumbuhkan kemandirian Launa dengan mendorongnya membuat keputusan kecil dan menyelesaikan tugas sederhana. Meski anak mungkin membuat kesalahan pada awalnya, Sabrina percaya bahwa pengalaman ini penting untuk belajar. Dia juga merefleksikan masa kecilnya sendiri yang unik, dibentuk oleh pendekatan orang tuanya.
Selain itu, Sabrina menyoroti pendekatan parenting kolaboratif yang ia terapkan bersama suaminya, yang membuat mereka menjadi mitra berpikir yang efektif. Suaminya, yang sering melakukan riset tentang perkembangan anak, juga sangat berperan dalam perkembangan Launa. Misalnya, saat Launa berusia enam bulan, mereka menetapkan standar perkembangan bersama, dengan mempertimbangkan stimulasi yang sesuai di rumah. Meskipun memiliki kesibukan profesional, keduanya tetap berusaha meluangkan waktu berkualitas dengan anak mereka.
Di sisi lain, Saskhya memberikan wawasan tentang cara menumbuhkan kemandirian pada anak. Ia menyebut bahwa proses ini bisa dimulai sedini mungkin, dengan konsistensi yang lebih mungkin terwujud saat anak berusia sekitar 1,5 hingga dua tahun. Saskhya merekomendasikan untuk memberi anak kebebasan dalam membuat pilihan, seperti memilih pakaian atau memutuskan antara makanan berbeda. Ini memberi anak kesempatan merasakan proses pengambilan keputusan dan konsekuensinya.
Menurut Saskhya, membimbing anak untuk berpikir dan membuat keputusan sendiri sangat bermanfaat bagi orang tua dengan lebih dari satu anak. Ketika anak sulung lebih mandiri, orang tua bisa lebih fokus pada adik-adiknya. Ia menjelaskan bahwa mengajak anak berdiskusi tentang kebutuhan dan pilihan mereka membantu mereka belajar memecahkan masalah dan menjadi lebih tangguh. Tingkat diskusi berkembang seiring bertambahnya usia anak, menjadikan kemandirian lebih dari sekadar keterampilan teknis.
Saskhya juga menyoroti pentingnya menanamkan kemandirian untuk membantu anak menjadi mandiri. Ia menyebutkan kasus dalam praktiknya di mana anak yang lebih besar kesulitan membuat keputusan sederhana, seperti memilih rasa es krim. Kesalahpahaman tentang kemandirian bisa menimbulkan anggapan bahwa kemandirian berarti otonomi penuh, padahal anak tetap membutuhkan bimbingan dan dukungan saat menghadapi tantangan. Menanamkan nilai-nilai membutuhkan kesabaran, karena anak mungkin awalnya menolak tanggung jawab baru. Proses beralih ke kemandirian yang lebih besar adalah langkah bertahap yang mendorong anak menjadi lebih bertanggung jawab seiring waktu.
Ingin menyimak lebih dalam percakapan inspiratif ini? Saksikan episode lengkap podcast Bincang Inspiratif dari Tanoto Foundation di sini:
Tinggalkan Balasan