Kamis, 9 Juli 2020

Efek Stunting dan Cara Mengatasinya Menurut Praktisi Kesehatan dan Gizi

Pada bulan Juli, Tanoto Foundation, organisasi filantropi keluarga independen yang didirikan oleh Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto pada tahun 1981, menyelenggarakan #BulanPeduliStunting untuk menanamkan kesadaran dan pengetahuan kepada masyarakat mengenai apa itu stunting, apa penyebabnya, apa akibatnya bagi anak dan negara serta cara mencegahnya.

Kami mengumpulkan penjelasan dua orang alumni Tanoto Scholars (seorang dokter dan seorang dosen ilmu gizi) serta seorang Tanoto Scholar aktif yang mempelajari ilmu gizi. Mereka membahas mengenai bahaya stunting serta upaya-upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi stunting tersebut; mulai dari ketika sang ibu tengah hamil hingga ke stimulasi ke anak.

 

1. Melinda Mastan, Tanoto Scholars Program Studi Gizi Universitas Indonesia

https://www.instagram.com/p/CCU8D41h9Vx/

“Stunting adalah masalah yang sangat serius di Indonesia? 1 dari 4 anak di Indonesia menderita stunting. Kalau tidak diatasi dari sekarang, masa depan negara kita akan berada di tangan generasi dengan IQ rendah dan sistem imun yang lemah. Itulah gambaran masa depan anak penderita stunting,”

Melinda Mastan

Melinda menyebutkan dua hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi stunting, yakni dari sisi nutrisi dan dari cara hidup sehat.

“Stunting dapat diatasi dan dicegah, dengan menjaga asupan gizi yang seimbang. Asupan gizi yang seimbang dapat diikuti dari pedoman dari Tumpeng Gizi Seimbang, yaitu dalam 1 hari makan 3-4 porsi makanan pokok, 3-4 porsi sayuran, 2-3 porsi lauk-pauk, dan2-3 porsi buah-buahan, serta batasi konsumsi garam, gula, dan minyak. Jangan lupa juga untuk melakukan aktivitas fisik dan menerapkan perilaku hidup yang bersih dan sehat,” paparnya.

 

2. dr. Suseno Aji, alumni Tanoto Scholars yang juga dokter lulusan Universitas Gadjah Mada

https://www.instagram.com/p/CCaNr8EBIwe/

Ia menjelaskan bahwa stunting bisa diatasi sejak masa kehamilan. Ia menyarankan ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan secara teratur.

Selain itu, Suseno juga memberi saran kepada ibu hamil untuk menghindari asap rokok dan memenuhi nutrisi yang baik selama masa kehamilan antara lain dengan menu sehat seimbang, asupan zat besi, asam folat, yodium yang cukup.

“Melakukan kunjungan secara teratur ke dokter atau pusat pelayanan kesehatan lainnya untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu: setiap bulan ketika anak anda berusia 0 sampai 12 bulan, kemudian berkala setiap 3 bulan dan 6 bulan seiring anak beranjak tumbuh,”

Suseno

Suseno menambahkan bahwa imunisasi dan pemberian ASI eksklusif juga sangat vital.

“Mengikuti program imunisasi terutama imunisasi dasar. Memberikan ASI eksklusif sampai anak anda berusia 6 bulan dan pemberian MPASI yang memadai,” kata dia.

 

3. Ratnawati, S.Gz, M.Kes, Dosen Poltekkes Kalimantan Timur 

https://www.instagram.com/p/CCXd1RMhLGq/

“Penyebab stunting bukan hanya kurangnya nutrisi, namun juga kebutuhan stimulasi psikososial anak yg tidak terpenuhi. Stimulasi psikososial yang diberikan oleh orang tua sangat mempengaruhi kognitif pada anak,” ujar Ratnawati.

Stimulasi psikososial ini erat kaitannya dengan persepsi & harapan orang tua terhadap anak. Semakin tinggi, maka akan semakin baik perkembangan kognitif si kecil.

“Stimulasi ini bisa diberikan melalui kegiatan belajar, bermain dan berkomunikasi,”

Ratnawati.

Jadi bagi para orang tua, jangan lupa seimbangkan nutrisi & simulasi ya, agar si kecil bisa tumbuh memenuhi potensi optimalnya. Ayo wujudkan Indonesia bebas stunting!

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

For security, use of Google's reCAPTCHA service is required which is subject to the Google Privacy Policy and Terms of Use.