Selasa, 4 Desember 2018

Kecepatan Efektif Membaca untuk Tingkatkan Literasi Anak Indonesia

Dewi terlihat serius memegang sehelai kertas. Matanya dengan lincah menjelajah setiap kata yang ada dalam bacaan di hadapannya. Sebentar kemudian, ia tersenyum dan berkata,”Selesai”.

Ibu Santi, guru Dewi yang duduk di hadapannya segera mematikan stop watch di genggamannya. “Satu menit dua detik ya. Bagus sekali, Dewi. Sekarang jawab pertanyaan-pertanyaan ini pada lembar jawaban ya,” kata Bu Santi sambil memberikan selembar kertas berisikan beberapa pertanyaan tentang bacaan yang baru saja selesai Dewi baca.

Dewi dan Bu Santi adalah guru dan siswa kelas 5 di SDN 011 Peranap, Indragiri Hulu, Provinsi Riau. Siswa dan guru di sekolah mitra Tanoto Foundation tersebut sedang melaksanakan uji kemampuan membaca yang disebut Kecepatan Efektif Membaca (KEM).  Kemampuan membaca dan literasi merupakan salah satu kampanye Tanoto Foundation dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Apa itu Kecepatan Efektif Membaca?

Kecepatan Efektif Membaca (KEM) adalah perpaduan dari kemampuan motorik (gerak mata) atau kemampuan visual dengan kognitif seseorang dalam membaca (Harjasujana & Mulyati, 1987).

Dengan kata lain, KEM merupakan perpaduan dari rata-rata kecepatan membaca dengan ketepatan memahami isi bacaan.

Untuk menentukan  KEM seseorang diperlukan informasi mengenai rata-rata kecepatan baca dan persentase pemahaman isi bacaan.

Informasi tentang rata-rata kecepatan baca didapat dari jumlah kata yang dibaca dan waktu tempuh bacanya. Cara menghitung rata-rata kecepatan baca adalah dengan cara membagi jumlah kata yang dibaca dengan waktu tempuh baca, biasanya dalam waktu 1 menit/ 60 detik.

Jadi rumusnya:

JK : Wm = … kpm (kata per menit)

JK        : Jumlah kata

Wm    : Waktu tempuh baca

Contoh:

Siswa A membaca 70 kata dalam waktu 1 menit, berarti kecepatan membaca Siswa A adalah 70 kpm

Informasi tentang pemahaman bacaan ditentukan dari jumlah jawaban/ skor jawaban yang dijawab dengan benar oleh siswa dibagi jumlah skor ideal jika jawaban benar semua/ skor ideal, dikalikan 100%.

Jadi rumusnya:

B : SI x 100% = … %

B          : Jumlah jawaban benar

SI        : Skor ideal

Contoh:

Siswa B menjawab dengan benar 3 jawaban dari 4 pertanyaan yang dilontarkan; berarti kemampuan pemahaman bacaan siswa B adalah:

   3 : 4 x 100% = 75%

Kemampuan Efektif Membaca kemudian adalah kombinasi kedua informasi di atas.

Maka rumusnya:

Standardisasi Kecepatan Membaca

KEM satu orang dengan yang lainnya tentu berbeda. Hal ini sangat bergantung pada tingkat pendidikan  dan jabatan yang disandang. Walaupun demikian, ada formula yang dapat dijadikan acuan atau tolak ukur untuk mengetahui KEM yang harus dimiliki seseorang.

Di bawah ini merupakan standar Kecepatan Efektif Membaca menurut jenjang pendidikan.

Sementara itu, beberapa ahli menyebutkan bahwa jenjang SD antara kelas I sampai 6 pun berbeda dalam  kecepatan membacanya, seperti tertulis pada tabel di bawah ini.

Mengapa menggunakan KEM?

Saat pertanyaan ini diajukan kepada beberapa guru yang sudah pernah mempergunakan instrumen KEM, jawaban yang didapat hampir seragam. Rata-rata menyatakan bahwa instrumen ini mudah, murah dan cukup sederhana bagi para penggunanya, yaitu guru dan siswa.

“Caranya sederhana. Saya hanya tinggal mengambil data dari siswa. Meminta siswa membaca dalam hati sampai selesai. Mencatat waktunya. Lalu meminta mereka menjawab pertanyaan yang sudah disiapkan. Kemudian saya tinggal memasukkan informasinya ke tabulasi Microsoft Excel sederhana yang sudah disiapkan.

“Dan hasilnya bisa langsung keluar. Bahkan kita bisa langsung melihat beberapa aspek di mana siswa mengalami kesulitan. Misalnya, apakah di kelancaran membaca yang masih rendah. Atau di model pertanyaan bacaan seperti apa, bisa langsung nampak. Jadi kami, para guru tinggal menindaklanjuti informasi-informasi tersebut,” jelas Bu Santi.

“Kami tidak menemukan hambatan apapun dalam menggunakan instrumen ini. Bahkan teks bacaan bisa kami adapatasi dari buku teks pegangan guru, lalu pertanyaannya bisa kami kembangkan sendiri sesuai kebutuhan. Kami juga tidak memerlukan keahlian khusus dalam mengkomputasi informasi yang didapat.

“Hanya memasukkan informasi waktu membaca dan jawaban pertanyaan siswa, benar atau salahnya. Intinya, tidak ada hambatan apapun,” tegas Pak Rohim, guru SDS Permata Andalan Estate Ukui, Pelalawan, Riau yang juga telah menerapkan KEM di sekolahnya.

Artikel ini ditulis oleh Sasmoyo Hermawan, Training Specialist Tanoto Foundation

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

For security, use of Google's reCAPTCHA service is required which is subject to the Google Privacy Policy and Terms of Use.

Comments